Rabu, 14 September 2016

Makalah Pendidikan Karakter

TUGAS KELOMPOK
DALAM MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER

PANDANGAN AGAMA AKAN PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
DOSEN PENGAJAR : HASNAN FAUZAN S.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV :
ERNI APRILIANI ( 2012121627 )
RAIHANAH (2012121603)
JAZULI (2012121602)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi taufik serta hidayah Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang sangat sederhana ini dengan judul “ Pandangan Agama Akan Pentingnya Pendidikan Karakter “.
Pada kesempatan ini pula tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Hasnan Fauzan, S.Pd.I selaku dosen pengasuh Mata Kuliah Pendidikan Karakter yang telah mendukung selesainya makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tiada gading yang tak retak. Penulis hanyalah manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, kritik dan saran yang bersifat positif sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan berpikir kita semua.
Amin yaa rabbal alamin.
Kandangan, 28 Maret 2014

Penyusun,


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ......................................................................................... i
DAFTAR ISI  ........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN .......................................................................... 2
Pengertian Karakter ................................................................. 2
Unsur-Unsur Karakter ............................................................. 2
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam ...................... 3
Tujuan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam ......... 6
BAB III : PENUTUP .................................................................................... 8
Simpulan ................................................................................... 8
Saran ......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan dalam Islam tidak hanya proses mentransfer ilmu dari guru kepada murid. Pendidikan dalam Islam juga diiringi dengan upaya memberikan keteladanan (qudwah) dari pendidik dalam bentuk karakter anak didik. Oleh karena itu, upaya benar-benar melahirkan seorang yang berilmu, berkarakter, beradab, dan berakhlak mulia adalah bagian pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, maka madrasah Nabawiyah bisa sebagai model rujukan bangunan pendidikan yang berkarakter.
Kecerdasan intelektual tanpa diikuti dengan karakter atau akhlak yang mulia maka tidak akan ada gunanya. Maka dari itu, karakter atau akhlak adalah sesuatu yang sangat mendasar dan saling melengkapi. Masyarakat yang tidak berkarakter atau berakhlak mulia  maka  disebut sebagai manusia tidak beradab dan tidak memiliki harga atau nilai sama sekali. Oleh karena itu, maka aspek tersebut dipandang sangat penting.
Karakter atau akhlak mulia itu harus dibangun. Sedangkan membangun akhlak mulia adalah melalui pendidikan, baik pendidikan di rumah (keluarga), di sekolah,  maupun di masyarakat. Untuk membentuk karakter atau akhlak mulia memerlukan pendidikan karakter dan pendidikan agama. Maka dari itu dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai pendidikan karakter dalam pandangan Islam.


BAB II
PANDANGAN AGAMA AKAN PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
Pengertian Karakter
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Character”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.
Unsur-Unsur Karakter
Ada beberapa dimensi manusia yang secara psikologis dan sosiologis perlu dibahas dalam kaitannya dengan terbentuknya karakter pada diri manusia. adapun unsur-unsur tersebut adalah sikap, emosi, kemauan, kepercayaan dan kebiasaan.
Sikap seseorang akan dilihat orang lain dan sikap itu akan membuat orang lain menilai bagaimanakah karakter orang tersebut, demikian juga halnya emosi, kemauan, kepercayaan dan kebiasaan, dan juga konsep diri (Self Conception).
Sikap
Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian karakternya, bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu saja tidak sepenuhnya benar, tetapi dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada dihadapannya menunjukkan bagaimana karakternya.
Emosi
Emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis.
Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia. jadi, kepercayaan itu memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.
Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan adalah komponen konatif dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, dan tidak direncanakan. Sementara itu, kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang.
Ada orang yang kemauannya keras, yang kadang ingin mengalahkan kebiasaan, tetapi juga ada orang yang kemauannya lemah. Kemauan erat berkaitan dengan tindakan, bahakan ada yag mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
Konsep Diri (Self Conception)
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan (pembangunan) karakter adalah konsep diri. Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar, tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk. Dalam proses konsepsi diri, biasanya kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Citra diri dari orang lain terhadap kita juga akan memotivasi kita untuk bangkit membangun karakter yang lebih bagus sesuai dengan citra. Karena pada dasarnya citra positif terhadap diri kita, baik dari kita maupun dari orang lain itu sangatlah berguna.

Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di dunia barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat moralitas, perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku bermoral.
Inti dari perbedaaan-perbedaan ini adalah keberadaan wahyu ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam islam. Akibatnya, pendidikan karakter dalam Islam lebih sering dilakukan dengan cara doktriner dan dogmatis, tidak secara demokratis dan logis.
Karakter sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter dapat diartikan sebagai perwujudan dari nilai-nilai perilaku manusia yang universal serta meliputi seluruh aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia dengan tuhan (hablumminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas) serta hubungan manusia dengan lingkungannya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa karakter identik dengan akhlak. Maka dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari proses penerapan syariat (Ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kokoh dan bersandar pada Al-Quran dan As-Sunah (hadist).
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama , yaitu pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan Timur dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan Barat dan Sekuler, bukan alasan untuk dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dan spiritualitas. Dengan demikian , bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang operasional meliputi metode, strategi, dan teknik., sedangkan pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang sangat inspiratif . Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
Pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak yang menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan karakter menjamah unsur mendalam dari pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter menyatukan tiga unsur tersebut. Dalam Islam, ketiga unsur ini disebut dengan unsur akidah, unsur ibadah, dan unsur  muamalah. Dalam bahasa tauhid disebut dengan iman, islam, dan ihsan. Ketiga unsur itu harus menyatu dan terpadu dalam jiwa anak didik, sehingga akhlak yang terbangun berlandaskan keimanan, keislaman, dan keikhlasan.
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Al-Qur’an dalam surat Al-ahzab ayat 21 :
(((((( ((((( (((((( ((( ((((((( (((( (((((((( (((((((( (((((( ((((( ((((((((( (((( (((((((((((( (((((((( (((((((( (((( (((((((( ((((  
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian. Pembinaan karakter dimulai dari individu, karena pada hakikatnya karakter itu memang individual, meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual. Karenanya pembinaan karakter dimulai dari gerakan individual, yang kemudian diproyeksikan menyebar ke individu-idividu lainnya, lalu setelah jumlah individu yang tercerahkan secara karakter atau akhlak menjadi banyak, maka dengan sendirinya akan mewarnai masyarakat. Pembinaan karakter selanjutnya dilakukan dalam lingkungan keluarga dan harus dilakukan sedini mungkin sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui pembinaan karakter pada setiap individu dan keluarga akan tercipta peradaban masyarakat yang tentram dan sejahtera.
Pendidikan karakter dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan semu. Karakter Islam adalah karakter yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya.
Jadi, pendidikan karakter menurut pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah.
Tujuan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur adalah akhlak Nabi Muhammad SAW dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah Al-Quran. Tetapi kita kita harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).
Tokoh pendidikan barat yang mendunia seperti Socrates, Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan nabi Muhammad SAW, bahwa moral, akhlak atau karakter adaah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan.
Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui pemikiran nabi Muhammad tesebut dengan menyatakan “Intelligence plus character, that is the true aim of education” . Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan. Selain itu, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
2.      Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.
3.      Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan agama  Islam di Indonesia itu adalah: Pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, dapat mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan yang buruk. Dengan karakter yang baik maka kita akan disegani orang. Sebaliknya, seseorang dianggap ada, meskipun masih hidup, kalau akhlak atau karakternya rusak.

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Pendidikan karakter menurut pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al-Quran dan as-Sunah.
Tujuan dari pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan agama  Islam di Indonesia itu adalah: Pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan perbuatan baik. Kedua, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, dapat mengambil kesimpulan dan memilih yang baik tersebut dengan meninggalkan yang buruk.

SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Aamiiiin ...


DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin . Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2007.
Ahmad, Hamdani,  Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,  Jakarta: Kencana, 2011
Majid, Abdul. Dian andayani. Pendidikan karakter dalam perspektif Islam. Bandung: Insan Cita Utama, 2010.
Amri, Ulil Syafri. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an,  Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Aman, Saifuddin. 8 Pesan Lukman Al-Hakim. Jakarta: Almawardi Prima, 2008.
http://educationforalls.blogspot.com/2013/05/pendidikan-karakter-dalam-perspektif.html diakses tanggal 05 Maret 2014

\

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates