TUGAS INDIVIDU
“ SUPERVISI KLINIS “

DOSEN PEMBIMBING : ZAINI, S.Pd.I
MATA KULIAH : SUPERVISI PENDIDIKAN
DISUSUN
OLEH:
ERNI
APRILIANI (2012121627)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberi taufik serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyusun makalah
yang sangat sederhana ini dengan judul “ Supervisi Klinis ”.
Pada kesempatan ini pula tak lupa
saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Zaini, S.Pd.I selaku dosen pengasuh Mata Kuliah Supervisi Pendidikan yang telah
mendukung selesainya makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, tiada gading yang tak retak. Saya hanyalah
manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, kritik dan
saran yang bersifat positif sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
menambah wawasan berpikir kita semua.
Amin yaa rabbal alamin.
Kandangan, 15
Oktober 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................... i
DAFTAR ISI
.............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
.................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
....................................................................... 3
A.
Pengertian
Supervisi Klinis .................................................... 3
B.
Ciri-Ciri
Supervisi Klinis ........................................................ 4
C.
Tujuan
Supervisi Klinis .......................................................... 6
D.
Prinsip-Prinsip
Supervisi Klinis ............................................ 8
E.
Prosedur
Supervisi Klinis ....................................................... 9
F.
Teknik
Supervisi Klinis .......................................................... 11
BAB III : PENUTUP
............................................................................ 13
Simpulan
................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Supervisi merupakan istilah baru yang
menunjuk pada suatu pengawasan tetapi konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan
supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung
unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat
diberi tahu bagaimana cara peningkatannya. Namun berdasarkan fenomena yang
terjadi terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan
supervisi, berdasarkan pengamatan terdapat ketidak konsisitenan antara
pandangan normativ dengan pandangan deskriptif mengenai supervisi. Seyogyanya
supervisi harus memperbaiki pengajaran tapi kenyataanya supervisor lebih
menekankan pada tanggung jawab administratif guru, hal ini berimplikasi
terbalik pada tidak terpenuhinya keinginan guru mendapat bantuan langsung dari
supervisor untuk memperbaiki pengajaran, mestinya supervisor dapat
mengkombinasikan tanggung jawab perbaikan pengajaran dilihat dari aspek
professional dengan tanggung jawab administrasi guru untuk mencapai hasil yang
lebih luas pada level kelas melalui perbaikan pengajaran. Karena bantuan
pengajaran merupakan pembinaan professional, sedangkan pendekatan administrasi
merupakan bagian dari birokrasi.[1]
Supervisi
mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi
bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek
yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Salah satu model supervisi
yang dilakukan di sekolah adalah supervisi klinis. Dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang pengertian, ciri-ciri, tujuan, prinsip,
prosedur dan teknik supervisi klinis.
BAB II
SUPERVISI KLINIS
A. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bantuan profesional
kesejawatan oleh supervisor kepada guru yang mengalami masalah dalam
pembelajaran agar yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh
langkah yang sistematis, dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan guru
mengajar, analisis perilaku, dan tindak lanjut. Supervisi klinis adalah proses
bantuan atau terapi profesional yang terfokus pada upaya perbaikan pembelajaran
melalui proses siklikal yang sistematis dimulai dari perencanaan, pengamatan,
dan analisis yang intensif terhadap penampilan guru dengan tujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Istilah
klinis (clinical) mengandung maksud bahwa dalam pelaksanaan supervisi hubungan
berlangsung secara tatap muka (face to face) antara guru dengan supervisor dan
di fokuskan pada perilaku aktual guru didepan kelas. Kata klinis juga
mengandung arti berkenaan dengan penyakit. Seorang supervisor dalam
melaksanakan layanan supervisi klinis, ibarat seorang doktr yang sedang
mengobati pasiennya. Didahului dengan datangnya pasien, kemudian dokter
menanyakan keluhan apa saja yang
dirasakan untuk mengetahui sebab-sebab dan jenis penyakit yang diderita ,
kemudian setelah mendapatkan kepastian dari proses diagnosis baru dokter
memberikan obatnya. Hal yang terpenting dari analogi dengan pengobatan penyakit
adalah bahwa supervisi klinis menghendaki inisiatif datang dari guru, untuk
penyembuhan suatu aspek tertentu yang jelas, dan memang sangat dibutuhkan oleh
guru itu sendiri.[2]
Menurut Richard Waller yang dikutip oleh M.
Ngalim Purwanto, tentang definisi supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pengajaran dengan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan,
dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya
dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional.
Keith
Acheson dan Meredith D. Gall yang juga di kutip oleh M. Ngalim Purwanto,
mendefinisikan supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil
ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan
tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka katakan bahwa supervisi
klinis yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi
kelas, dan pertemuan balik.
Dari
kedua definisi diatas , menurut John J. Bolla yang di kutip oleh M. Ngalim
Purwanto, menyimpulkan bahwa supervisi klinis
adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan
profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan
observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk
perubahan tingkah laku mengajar tersebut.[3]
B. Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Ciri-ciri supervisi klinis adalah sebagai
berikut :
1. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru
bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.
2. Jenis keterampilan yang akan disupervisi
diusulkan oleh guru /calon guru, dengan terlebih dahulu diadakan kesepakatan
melalui pengkajian bersama antara guru/calon guru dengan supervisor.
3. Meskipun guru/calon guru mempergunakan
berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya
pada beberapa keterampilan tertentu saja.
4. Instrument observasi
dikembangkan/disepakati bersama antara supervisor dan guru/calon guru sesuai
dengan kontrak yang disetujui kedua belah pihak,
5. Umpan balik kegiatan mengajar guru/calon
guru diberikan dengan segera dan obyektif
6. Meskipun supervisor telah menganalisis dan
menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi
atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak mendengarkan dan
bertanya daripada memerintah /mengarahkan.
8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim
dan bersifat terbuka.
9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang
meliputi perencanaan, observasi dan diskusi umpan balik.
10. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk
pembentukan /peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, dipihak lain
dipakai dalam konteks pendidikan pra jabatan maupun pendidikan dalam jabatan.[4]
Dari
ciri-ciri tersebut, dapat diketahui dan dibedakan antara supervisi pengajaran
dan supervisi klinis. Supervisi pengajaran lebih menekankan pada pengawasan
dari supervisor terhadap guru-guru tentang pengelolaan pembelajaran yang
dikelolanya. Sedangkan supervisi klinis lebih menekankan pada inisiatif guru
untuk menyampaikan problem-problem pengajaran yang dihadapinya untuk
disampaikan kepada supervisor, dan selanjutnya dicarikan solusi terbaiknya.
Persamaannya adalah bahwa baik dalam supervisi pengajaran maupun dalam
supervisi klinis dituntut adanya kooperasi atau kerja sama yang harmonis antara
supervisor dengan guru itu sendiri , guru tidak boleh masa bodoh.[5]
C. Tujuan Supervisi Klinis
Tujuan
supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.
Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapian tujuan akhir
dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Sedangkan Piet A.
Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu:
1. Membantu guru-guru
agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara
menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
2. Membina guru-guru dalam
membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan
pribadi dan jabatan mereka.[6]
Secara
umum tujuan supervisi klinis untuk :
1. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung
jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
2. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki
dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
3. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan
menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran
4. Membantu guru untuk dapat menemukan cara
pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
5. Membantu guru untuk mengembangkan sikap
positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.[7]
Sedangkan tujuan
khusus supervisi klinis antara lain adalah :
1. Menyediakan balikan bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar
guru yang baru saja dijalankan.
2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan
masalah-masalah mengajar
3. Membantu guru mengembangkan keterampilan
dalam menggunakan strategi belajar
4. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam
kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka
5. Membantu guru mengembangkan sikap positif
terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka
secara mandiri.[8]
D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
Menurut
Acheson dan Gall yang dikutip oleh Binti Maunah, mengemukakan tiga prinsip umum
yang harus menjiwai keputusan /tindakan supervisor. Disamping itu ada beberapa
prinsip tambahan yang ikut menyertainya. Prinsip umum dan tambahan peserta itu
adalah :
1. Terpusat pada guru/calon guru ketimbang
supervisor
2. Hubungan guru/calon guru dengan supervisor
lebih interaktif ketimbang direktif.
3. Demokratif ketimbang otoritatif
4. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan
dan aspirasi guru/calon guru
5. Umpan balik dari proses belajar mengajar
guru/calon guru diberikan dengan segera dan hasil peninjauan/penilaiannya harus
sesuai dengan kontak yang disetujui bersama
6. Supervisi yang diberikan bersifat bantuan
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional.
7. Pusat perhatian pada waktu berlangsung
supervisi dalam kegiatan belajar mengajar tertentu hanya pada beberapa
keterampilan mengajar saja.[9]
E. Prosedur Supervisi Klinis
Berbagai
pendapat para ahli dijumpai dalam pengembangan tahap-tahap supervisi klinis,
meskipun demikian kelihatannya mereka mempunyai prinsip yang sama yaitu
supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan
tiga tahap yaitu tahap pertemuan pendahuluan(awal), tahap observasi kelas, dan
tahap pertemuan balikan(akhir). Hal yang paling membedakan supervisi klinis
adalah penekanannya pada interaksi langsung antara guru dan supervisor dan
pengembangan profesional guru.
Tahap
pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai langkah inventarisir masalah yang
dihadapi guru, tahap observasi kelas dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat
secara real pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, sedangkan tahap pertemuan
balikan(akhir) merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang kedua tadi.
1. Tahap pertemuan pendahuluan (awal)
Pada
tahap ini yang terpenting untuk diperhatikan, terutama oleh supervisor adalah
harus dapat menciptakan suasana yang akrab, terbuka dan penuh persahabatan.
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana
keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat. Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah:
a.
menciptakan suasana yang intim dan terbuka,
b.
mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media,
evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran,
c.
menentukan fokus observasi,
d.
menentukan alat bantu (instrument) observasi, dan
e.
menentukan teknik pelaksanaan observasi.
2. Tahap observasi kelas
Pada
tahap ini guru mengajar atau melakukan latihan mengenai tingkah laku mengajar
yang telah dipilih dan disepakati bersama pada tahap pertemuan pendahuluan.
Fungsi utama observasi kelas adalah untuk menangkap apa yang terjadi selama
proses pengajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat dengan
tepat mengingat kembali proses pengajaran dengan tujuan agar analisis dapat dibuat
secara objektif. Ide pokok dalam observasi ini mencakup apa yang terjadi
sehingga dengan catatan yang dibuat dengan cermat dan lengkap serta kemudian
tersimpan dengan baik , dapat bermanfaat untuk kepentingan analisis dan
komentar.
3. Tahap pertemuan balikan (akhir)
Tahap
ini merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dan guru berkaitan dengan
kegiatan yang baru saja diselesaikan, yaitu guru baru saja selesai
melakukan latihan suatu keterampilan ,
dan supervisor baru saja selesai mengamati guru melakukan latihan. Yang menjadi
acuan dalam pertemuan balikan ini adalah kesepakatan yang dibuat dalam
pertemuan pendahuluan (awal) dan pada akhir diskusi balikan ini guru diharapkan
dapat mengetahui dan menyadari seberapa jauh tujuan yang telah disetujui
bersama dapat tercapai.[10]
F. Teknik Supervisi Klinis
Dalam supervisi klinis juga terdapat beberapa
teknik yang perlu dilakukan agar pelaksanaan supervisi klinis dapat berjalan
dengan baik. Adapun teknik-teknik supervisi klinis adalah sebagai berikut :
1. Supervisor sebaiknya mendengarkan dengan
cermat permasalahan yang disampaikan guru dan berbicara seperlunya saja
2. Memberikan komentar yang tepat, artinya
komentar disesuaikan dengan permasalahan guru
3. Menegaskan pertanyaan/pernyataan guru agar
lebih jelas dan mudah dipahami
4. Memberikan pujian kepada guru yang
mempunyai perkembangan yang baik
5. Tidak menasehati secara langsung apalagi
dihadapan banyak orang
6. Memberikan motivasi dan dukungan secara optimal
7. Memahami permasalahan yang dirasakan orang
lain dari sudut pandang orang tersebut, bukan dari sudut pandang diri sendiri.[11]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Supervisi
klinis adalah suatu proses bimbingan
yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru,
khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data
secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku
mengajar tersebut. Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus
disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor, tetapi atas
kesadaran guru untuk datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi
masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki
pengetahuan dan menguasai penerapan supervisi klinis.
Supervisi
klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap
yaitu tahap pertemuan pendahuluan(awal), tahap observasi kelas, dan tahap
pertemuan balikan(akhir). Hal yang paling membedakan supervisi klinis adalah
penekanannya pada interaksi langsung antara guru dan supervisor dan
pengembangan profesional guru. Tahap pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai
langkah inventarisir masalah yang dihadapi guru, tahap observasi kelas
dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat secara real pembelajaran yang terjadi
di dalam kelas, sedangkan tahap pertemuan balikan(akhir) merupakan tindak
lanjut dari kegiatan yang kedua tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam ( Teori dan praktik ).
Yogyakarta: Teras, 2009
Purwanto , M. Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.,
2003
Prasojo, Lantip Diat. Sudiyono, Supervisi Pendidikan. Yogyakarta:
Gava Media, 2011
Sahertian, P.A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000
http://ab-dina.blogspot.com/2014/01/makalah-supervisi-klinis.html di akses Kamis, 11 September
2014 pukul 19.09
http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis Diakses Minggu, 12 Oktober
2014 pukul 09.00
[1]
http://ab-dina.blogspot.com/2014/01/makalah-supervisi-klinis.html di akses Kamis, 11 September 2014 pukul 19.09
[2]
http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis. Diakses Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 09.00
[3] M. Ngalim
Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya., 2003), cet. 12, h. 91
[4]
Binti
Maunah. Supervisi Pendidikan Islam ( Teori dan praktik ). (Yogyakarta:
Teras, 2009), cet. 1, h. 79
[5]
http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis. Diakses Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 09.00
[6]
P.A.
Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 25
[7]
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/01/supervisi-klinis/ di akses Kamis, 11 September 2014
[8]
http://ab-dina.blogspot.com/2014/01/makalah-supervisi-klinis.html diakses Selasa, 16 September 2014 pukul 10.23
[10]
http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis. Diakses Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 09.00
0 komentar:
Posting Komentar