MAKALAH TAFSIR TARBAWI
“
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-QUR’AN”

DOSEN
PEMBIMBING : EDDY KHAIRANI Z. ,
S.Ag, M.Pd.I
MATA
KULIAH : TAFSIR TARBAWI
NAMA
: ERNI APRILIANI
NIM : 2012121627
LOKAL
: D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang selalu diperlukan
disepanjang
hidupnya. Manusia adalah makhluk pemikir yang memiliki tujuan hidup. Lewat
pendidikan yang tepat, manusia bisa meraih cita-cita luhur dan jalan
kebahagiaannya. Tentu saja pendidikan yang dimaksud adalah upaya pengembangan
dan aktualisasi potensi internal manusia untuk mencapai tujuan ideal. Dengan
kata lain, selama potensi tersembunyi manusia tidak teraktualisasikan, maka ia
tidak akan bisa mencapai kesempurnaan. Rasulullah saw dalam salah satu hadisnya menuturkan,
"Masyarakat adalah khazanah seperti emas dan perak". Oleh karena itu,
dengan landasan pendidikan semacam itu, maka noda-noda dalam diri manusia akan
dibersihkan, dan potensi tersembunyi dalam dirinya akan berkembang.
Pendidikan merupakan sarana untuk memberikan petunjuk
hidup dan membangun diri manusia. Lewat pendidikan inilah, manusia akan ditempa
manjadi seorang pemikir. Dari sisi sosial, pendidikan merupakan faktor penting
dalam hidup bermasyarakat. Imam Ghazali salah seorang pemikir besar muslim
menilai pendidikan sebagai prinsip dasar pemasyarakatan manusia. Menyangkut hal
ini, ia menyatakan, "Jika para ilmuan dan pendidik tidak ada, maka
masyarakat akan hidup seperti hewan ternak. Dengan kata lain, pendidikan bisa
mengangkat manusia dari peringkat hewani menuju peringkat insani."
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
ALQUR’AN
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Dari
segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan ( hal, cara, dan sebagainya)
mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik , atau pemeliharaan
(latihan-latihan dan sebagainya ) badan , batin, dan sebagainya.[1]
Dalam bahasa
Arab , para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti
pendidikan. Ahmad Fuad Al-Ahwani, Ali Khalil Abu Al-Ainain, Muhammad Athiyah
Al-Abrasyi dan Muhammad Munir Mursyi..
Pertama
, istilah tarbiyah yang dipahami dalam pengertian pendidikan , sebagaimana
dipergunakan masa kini ,tidak bisa ditemukan
dalam semua leksikon-leksikon bahasa Arab besar. Al-Attas mengatakan
bahwa tarbiyah berarti mengasuh , memelihara, membuat, menjadikan bertambah
dalam pertumbuhan ,membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang,
menjinakkan.
Kedua
, bahwa makna dasar istilah tarbiyah tentunya berpuncak pada otoritas Al-qur’an
sendiri, tidak secara alami mengandung unsur-unsur esensi pengetahuan ,
intelegensi, dan kebajikan lainnya, yang pada hakikatnya merupakan unsur-unsur
pendidikan yang sebenarnya.
Sebagai
alternatif yang diajukan Al-Attas untuk istilah pendidikan Islam adalah harus
dibangun dari berbagai istilah yang secara substansial mengacu kepada pemberian
pengetahuan , pengalaman, kepribadian, dan sebagainya. Pendidikan Islam , harus
dibangun dari perpaduan istilah ‘ilm atau
‘allama(ilmu,pengajaran),’adl(keadilan), ‘aml(tindakan), haqq(kebenaran atau
hubungan dengan yang benar dan nyata, nuthq(nalar), nafs(jiwa),
qalb(hati),‘aql(pikiran atau intelek), maratib dan darajat (tatanan hirarkis),
ayat (tanda-tanda dan symbol-simbol), tafsir dan ta’wil (penjelasan dan
penerangan), yang secara keseluruhan istilah tersebut rerkandung dalam istilah
adab. Dari istilah yang dipadukan itu maka pendidikan dapat diartikan
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan di dalam diri
manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan
tempat Tuhan yang tepat didalam tatanan
wujud dan keperiadaan.
Adapun
pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepada berbagai
sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam undang-undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU RI No.2 Th. 1989) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.[2]
Selanjutnya,
Bapak Pendidikan Nasional , Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa pendidikan
berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti ( kekuatan
batin,karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak yang antara satu dan yang
lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya.
Dari dua definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan adalah
merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya
manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara
fungsional dan optimal.[3]
Adapun pengertian Islam berasal dari bahasa arab aslama, yuslimu
islaman yang berarti berserah diri, patuh , tunduk. Kata aslama tersebut pada
mulanya berasal dari salima, yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari
pengertian demikian , secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk,
berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai keselamatan. Pengertian Islam dari
segi kebahasaan ini sudah mngacu kepada misi Islam itu sendiri yang mengajak
manusia agar hidup aman, damai, dan selamat dunia akhirat dengan cara patuh dan
tunduk kepada Allah , yang selanjutnya upaya ini disebut ibadah.
Selanjutnya, jika kata pendidikan
dan Islam disatukan menjadi Pendidikan Islam , artinya secara sederhana adalah
pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Secara keseluruhan , definisi yang
bertemakan pendidikan Islam itu mengacu kepada suatu pengertian bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan
membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina
suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi
Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai
gurunya. Pendidikan masa ini merupakan proto type yang terus
menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada
zamannya. Pendidikan Islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat
perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana termaktub
dalam Al-Qur’an surat Al-Mudatstsir (74) ayat 1-7. Menyeru berarti mengajak,
dan mengajak berarti mendidik. [4]
Di dalam khazanah
pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab,
terdapat berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian
tentang “pendidikan Islam” dan sekaligus diterapkan dalm konteks yang
berbeda-beda.[5]
Pendiidikan Islam menurut Langgulung, setidak-tidaknya tercakup dalam delapan
pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan
keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim
al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-islamy (pengajaran
keislaman),tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang
Islam), al-tarbiyah fi al- islam (pendidikan dalam
Islam), al-tarbiyah ‘inda al-muslimin(pendidikan di kalangan
orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-islamiyah (pendidikan
Islami).[6]
Bagi An-Nahlawi[7] Istilah tarbiyah lebih
cocok untuk pendidikan Islam. Berbeda halnya dengan Jalal, yang dari hasil
kajiannya berkesimpulan bahwa istilah ta’lim lebih luas jangkaunnya
dan lebih umum sifatnya daripada tarbiyah. Di kalangan penulis
Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak,
moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah pada afektif, sementara
pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan
dimensi kognitif dan psikomotor. Kajian lainnya berusaha membandingkan dua
istilah di atas dengan istilah ta’dib, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Syed Naquib Al-Attas, dari hasil kajiannya ditemukan bahwa
istilah ta’dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks
pendidikan Islam. dan kurang setuju terhadap penggunaan istilahtarbiyah dan ta’lim.
Secara garis besar,
dapat disimpulkan pendapat beberapa tokoh Muslim tentang pengertian pendidikan
Islam sebagai berikut:
1. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian
lain sering kali beliau mengatakan kepribadian uatama tersebut dengan
istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki
nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
2. Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi,
pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat
memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan
individu maupun kolektif.
3. Menurut Burlian Shomad, pendidikan Islam
ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang
bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya
untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau
mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila
memiliki dua ciri khas yaitu:
a.
Tujuan untuk membentuk individu yang bercorak diri tertinggi menurut Al-Qur’an.
b. Isi
pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam
Al-Qur’an, dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari
sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
4. Menurut Musthafa Al-Ghulayani, pendidikan
Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga
akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian
buahnya berwujud keutamaan kebaikan, dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah
air.[8]
B. DASAR-DASAR PENDIDIKAN DALAM
AL-QUR’AN
Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah agama
universal dan menyeluruh, ia mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik
dalam urusan-urusan duniawi maupun hal-hal yang menyangkut akhirat. Pendidikan
adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari ajaran Islam secara
keseluruhan. Karena itu, dasar-dasar pendidikan Islam inheren dengan sumber
utama ajaran Islam itu sendiri. Dalam artian bahwa pendidikan Islam bersumber
dari prinsip-prinsip Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Itu artinya
bahwa al-Qur'an merupakan dasar utama pendidikan Islam, karena itu kita tidak
boleh lepas dan senantiasa menjadikan al-Qur'an sebagai dasar dan sumber dalam
melakukan proses pendidikan.
Al-Qur'an
sebagai kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
menjadi dasar sumber pendidikan Islam yang utama dan pertama. Al-Qur'an
menempati posisi yang paling sentral sebagai dasar dan sumber pendidikan Islam.
Oleh karena itu, segala kegiatan dan proses pendidikan Islam harus senantiasa
berorientasi pada prinsip dan nilai-nilai al-Qur'an. Dalam hal ini menurut
Azyumardi Azra bahwa al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam mengandung
beberapa hal positif bagi pengembangan Pendidikan, yaitu antara lain
penghormatan dan penghargaan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak
menentang fitrah manusia dan memelihara keutuhan dan kebutuhan sosial.
Kelebihan
al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam tampak pada metodenya yang unik dan
menakjubkan, sehingga dalam konsep Pendidikan yang terkandung di dalamnya
bertujuan untuk menciptakan individ yang berilmu dan beriman, senantiasa
mengesakan Allah serta mengimani hari akhir. Al-Qur'an memberikan kepuasan
penalaran yang sesuai dengan kesederhanaan dan fitrah manusia tanpa unsur
paksaan dan di sisi lain disertai dengan pengutamaan afeksi dan emosi manusiawi.
Oleh karena itu, al-Qur'an mengetuk akal dan hati sekaligus sehingga mewujudkan
ilmu pengetahuan yang sinergis dengan iman sebagaimana firman
Allah:
… Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahuai apa yang
kamu kerjakan.(QS.
Al-Mujadalah: 11)
Di samping
itu, ayat yang pertama turun dimulai dengan ayat yang mengandung konsep
Pendidikan Islam. Sehingga dipahami dari ayat itu bahwa tujuan al-Qur'an yang
terpenting adalah mendidik manusia melalui metode bernalar serta sarat dengan
kegiatan ilmiah, meneliti, membaca, mempelajari dan observasi terhadap manusia
sejak masih dalam bentuk segumpal darah dan seterusnya, sebagaimana firman
Allah:
Bacalah dengan
menyebut nama Tuhanmu yang mencptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(QS. al-‘Alaq:
1-5)
Hal
tersebut menunjukkan bahwa Islam melalui al-Qur'an menempatkan pendidikan
pada segmen yang terpenting. Bahkan menurut penulis bahwa perintah Allah yang
pertama dalam al-Qur'an adalah masalah Pendidikan dengan perintah untuk
membaca. Itu artinya bahwa kebesaran dan kejayaan Islam karena dibangun melalui
Pendidikan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semua ayat
dalam mengandung nilai-nilai pendidikan baik secara tersurat maupun tersirat.
Metode
pendidikan al-Qur'an dapat dianalisis dari surah al-Rahman. Dalam surah ini, Allah mengawali dengan menuturkan eksistensi manusia,
kekuasaannya dalam mendidik manusia, hingga apa yang dianugerahkan kepada
manusia seperti matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan
bumi. Pada setiap atau bahkan sejumlah ayat Allah membuktikan anugerahnya
dengan menempatkan manusia di hadapan benda nyata, pengalaman, suara hati dan
jiwa. Sehingga manusia tidak akan pernah mampu mengingkari apa yang telah
dirasakan dan diterima oleh akal dan hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa
al-Qur'an memberikan metode Pendidikan yang sangat edukatif.
Sekaitan dengan hal tersebut, kiranya patut dikemukakan tujuan Pendidikan Islam dalam perspektif Qur’ani, yaitu sebagai berikut:
Sekaitan dengan hal tersebut, kiranya patut dikemukakan tujuan Pendidikan Islam dalam perspektif Qur’ani, yaitu sebagai berikut:
- Mengenalkan
manusia akan perananya di antara sesama makhluk dan tanggung jawab
pribadinya sebagai khalifah di bumi.
- Mengenalkan
manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup
bermasyarakat.
- Mengenalkan
manusia akan alam ini dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah
diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil
manfaat dari alam ini.
- Mengenalkan
manusia akan pencipta alam ini (Allah Swt.) dan memerintahkan untuk
beribadah kepada-Nya.
Dari
keempat tujuan ini, meskipun saling berkaitan, namun dapat dipahami bahwa tiga
tujuan pertama merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan keempat yakni
ma’rifatullah dan taqwa kepada-Nya. Oleh karena itu, pada prinsipnya pendidikan
Islam akan membentuk manusia bertaqwa kepada Allah dan memperoleh keridhaan-Nya
dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
C. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN BERASASKAN AL-QURAN
Pendidikan
Islam dibagi menjadi beberapa aspek yang meliputi seluruh jiwa manusia. Aspek-aspek
tersebut ialah :
(1 ) Pendidikan Kerohanian dan Keimanan
(2) Pendidikan Akhlak
(3) Pendidikan Akal
(4) Pendidikan Jasmani
(1 ) Pendidikan Kerohanian dan Keimanan
(2) Pendidikan Akhlak
(3) Pendidikan Akal
(4) Pendidikan Jasmani
1. Keimanan dan Kerohanian Asas Pendidikan
Pendidikan keimanan bermaksud memperkenalkan kepada anak-anak dengan
unsur-unsur keimanan, membiasakan dirinya dengan rukun Islam serta mendidiknya
dengan prinsip-prinsip syariat yang mulia sejak usia tamyiz (berakal) lagi.
Yang dimaksudkan dengan
unsur-unsur keimanan ialah semua perkara yang berkaitan dengan hakikat keimanan
serta perkara-perkara yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat,
kitab-kitab-Nya, Rasul dan dengan rukun iman yang lain.
Metode pendidikan keimanan dan kerohanian yang berasaskan al-Quran telah
dijelaskan dengan panjang dan terperinci oleh Muhammad Qutb di dalam bukunya,
‘Manhaj Tarbiyah Islamiyah’. Antara perkara penting yang dikemukakan oleh
Muhammmad Qutb ialah:
§ (a) meningkatkan kepekaan hati terhadap ciptaan-ciptaan Allah (alam
semesta) dan membawa hati merasakan kewujudan Allah serta kekuasaan-Nya yang
tidak terbatas;
§ (b) meningkatkan kepekaan hati dengan merasai Allah memerhati diri kita
pada setiap masa dan di semua tempat serta setiap sesuatu berada di dalam
pengetahuan Allah dan Dia akan memberi balasan bagi setiap perkara tersebut;
§ (c) meningkatkan ingatan terhadap Allah dengan perasaan taqwa dan tunduk
terus menerus kepada-Nya;
§ (d) meningkatkan rasa cinta terhadap Allah dan berusaha secara
berterusan untuk memperoleh keridhaan-Nya; dan
§ (e) meningkatkan rasa damai dan tentram bersama Allah ketika berada dalam
keadaan apa sekalipun, serta menerima takdir-Nya dengan ikhlas dan senang hati.
Dalam sistem pendidikan Islam, unsur alam digunakan untuk menyadarkan hati dalam
melahirkan perkara-perkara di atas. Terdapat banyak ayat al-Quran yang
menyentuh mengenai alam bagi membangunkan kepekaan hati manusia. Al-Quran
membangunkan indera manusia untuk mengenal Tuhannya, melihat kekuasaan-Nya di dalam
benda-benda yang kecil maupun yang besar, benda yang mudah atau yang kompleks.
Semuanya membuktikan kekuasaan dan keperkasaan Allah serta keagungan dan
kehebatan kreativitas-Nya. Al-Quran mendidik akal dan hati sekaligus. Hanya
dengan sentuhan ke atas akal dan hati, akan terbina aqidah yang mantap dan benar.
2. Alam Sebagai Kitab Terbuka
Oleh demikian, sejak dini pendidikan anak-anak perlu dimulai dengan pembinaan dan
pengukuhan iman. Usaha ini dapat dilakukan dengan mendekatkan anak-anak dengan
alam yang terbentang luas, umpama kitab yang terbuka, untuk memperkenalkan
anak-anak kepada penciptanya.
Pendekatan ini bukanlah pendekatan yang baru karena ketika kita membuka dan
mengkaji al-Quran, terutama surah-surah Makkiyah, kita akan rasakan Allah SWT
telah memperkenalkan diri-Nya dengan mengalihkan pandangan manusia daripada
memandang kehidupan ini dengan akal dan hati yang kosong kepada memandang alam
sekeliling dengan kekaguman sehingga membuahkan penyerahan dan pengabdian
kepada Allah Rabbul ‘Alamin.
Hal ini kita bukan saja
dapat memperlihatkan anak-anak kepada alam sekitaran lingkungan mereka, bahkan
dengan bantuan alat-alat audio-visual yang canggih kita dapat memamerkan
kehebatan kuasa Allah sebagai pencipta dan penguasa alam ini kepada mereka.
3.
Metode Pendidikan Islam
Setelah kita memahami
tujuan dan dasar pendidikan Islam, kita perlu memahami metode yang telah digunakan untuk
merealisasikan sistem ini. Berdasarkan tulisan Muhammad Qutb dan an-Nahlawi,
metode pendidikan Islam telah dirumuskan seperti berikut:
(a) mendidik melalui dialog Qurani dan Nabawi;
(b) mendidik melalui kisah Qurani dan Nabawi;
(c) mendidik melalui perumpamaan;
(d) mendidik melalui teladan;
(e) mendidik melalui amal perbuatan;
(f) mendidik melalui ‘ibrah dan mau’izhah; dan
(g) mendidik melalui targhib dan tarhib.
(a) mendidik melalui dialog Qurani dan Nabawi;
(b) mendidik melalui kisah Qurani dan Nabawi;
(c) mendidik melalui perumpamaan;
(d) mendidik melalui teladan;
(e) mendidik melalui amal perbuatan;
(f) mendidik melalui ‘ibrah dan mau’izhah; dan
(g) mendidik melalui targhib dan tarhib.
1.
Tujuan
Umum Pendidikan Islam
Al-Abrasyi
(1969: 71) dalam kajiannya tentang pendidikan islam telah menyimpulkan lima
tujuan bagi pendidikan islam yaitu :
a.
Untuk
mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum Muslimin dari dahulu kala sampai
sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti dari pendidikan islam dan
bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b.
Persiapan
untuk kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat
c.
Persiapan
untuk mencari rezekidan pemeliharaan segi manfaat
d.
Menimbulkan
semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuaan dan memungkinkan ia
mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri
e.
Menyiapkan
pelajar dari segi professional dan teknikal supaya dapat menguasai profesi
tertentu.
Nahlawy
(1963:67) menunjukan empat tujuan umum pendidikan islam yaitu :
a.
Pendidikan
akal dan persiapan pikiran
b.
Menumbuhkan
potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada kanak-kanak.
c.
Menaruh
perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidikmereka
sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
d.
Berusaha
menyeimbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat manusia
Al-Jammali
(1966: 82) menyebutkan tujuan-tujuan
pendidikan yang diambilnya dalam alqur’an sebagai berikut :
a.
Memperkenalkan
kepada manusia akan tempatnya diantara makhluk-makhluk dan akan tanggung jawab
perseorangannya dalam hidup ini.
b.
Memperkenalkan
kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya dalam
jangka suatu system sosial.
c.
Memperkenalkan
kepada manusia akan makhluk (alam semesta), dan mengajaknya memahami hikmah
Penciptanya dalam menciptakannya, dan memungkinkan manusia untuk menggunakan
atau mengambil faedah darinya..
d.
Memperkenalkan
kepada manusia akan Pencipta alam raya ini.
2.
Tujuan
Khusus Pendidikan Islam
Diantara
tujuan-tujuan khusus yang mungkin dimasukkan dibawah penumbuhan semangat agama
dan akhlak adalah :
a.
Memperkenalkan
kepada generasi muda akan akidah islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat dan
cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati- hati
mematuhi akidah-akidah agama dan menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama.
b.
Menumbuhkan
kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip
dan dasar-dasar akhlak mulia.
c.
Menanamkan keimanan kepada allah pencipta
alam, dan kepada malaikat-malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari akhir
berdasarkan pada paham kesadaran dan perasaan.
d.
Menumbuhkan
minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan
keagamaan dan untuk mengikuti
hokum-hukum agam dengan kecintaan dan kerelaan.
e.
Menanamkan
rasa cinta dan penghargaan kepada alqur’an membacanya dengan baik, memahaminya
, dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
f.
Menumbuhkan
rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan islam dan
pahlawan-pahlawannyadan mengikuti jejak mereka.
g.
Menumbuhkan
rasa rela, optimism, kepercayaan diri,
tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong atas kebaikan dan taqwa,
kasih sayang, cinta kebaikan, sabar berjuang untuk kebaikan, memegang teguh
pada prinsip , berkorban untuk agama dan tanah air dan siap untuk membelanya.
h.
Mendidik
naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya dengan akidah
nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan motivasinya, mengatur emosi dan
membimbingnya dengan baik. Begitu juga mengajar mereka berpegang dengan
adabsopan pada hubungan dan pergaulan mereka baik dirumah , sekolah atau dimana
saja.
i.
Menanamkan
iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka perasaan keagamaan, semangat
keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan menyuburkan hati mereka dengan rasa
cinta , zikir, takwa, dan takut kepada allah.
j.
Membersihkan
hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran, kezaliman,
egoisme, tipuan, khianat, nifak, perpecahan, dan perselisihan.
(Nahlawy,1963:163-164: A – Masri, 1965:244-245)
Ibnu Khaldun
membagi tujuan-tujuan pendidikan
islam kepada :
a.
Mempersiapkan
seseorang dari segi keagamaan
b.
Menyiapkan
seseorang dari segi akhlak
c.
Menyiapkan
seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
d.
Menyiapkan
seseorang dari segi vokalsinal atau pekerjaan
e.
Menyiapkan
seseorang dari segi pemikiran
f.
Menyiapkan
seseorang dari segi kesenian
Merujuk kepada
informasi Alqur’an, pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini bukan hanya
terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai pendidik
yang Maha Agung . Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah
mempertemukan pengaruh dasar sebagai pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan
pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang
berproses kearah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu
pendidikan dalam islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang
berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan
kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat. Konsep
pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran alqur’an, sangat jelas terurai
dalam kisah Luqman.
Dr. M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar menukil
beberapa ayat Alqur’an dalam surah Luqman. Beliau mengatakan, ada tiga kaidah
asasi pendidikan dalam Islam menurut Alqur’an yang dijalankan oleh Luqman
kepada anaknya. Seperti diketahui, Luqman diberikan keutamaan Allah berupa
hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar dan kemurniaan fitrah. Dengan
keistimewaannya tersebut, Luqman ingin mengajari anaknya hikmah dan
membesarkannya dengan metode hikmah itu pula.
Kaidah pendidikan
yang pertama adalah peletakan pondasi dasar , yaitu penanaman keesaan Allah,
kelurusan akidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat tauhid adalah
focus utama pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman, tak ada pula
akhlak, interaksi sosial dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus
pula lah aspek kehidupannya. Mengapa? Sebab iman selalu diikuti oleh perasaan
introspeksi diri dan takut terhadap Allah. Dari sinilah Luqman menegaskan hal
itu kepada putranya dengan berkata , “ Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus Lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 31: 61)
Seorang Mukmin
mesti berkeyakinan bahwa tak ada satupun yang bisa disembunyikan dari Allah .
Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam lipatan hati manusia . Dari sinilah ia
akan melakukan seluruh amal dan aktivitasnya semata untuk mencari ridha Allah
tanpa sikap ria atau munafik dan tanpa menyebut-nyebutnya ataupun menyakiti
orang lain.
Kaidah kedua dalam
pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia memerintahkan
anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar, serta
menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang
muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh di
tinggalkan selama masih berakal baik. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan istilah
untuk kritik konstruktif rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada
sesama, bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau ghibah. Umat Islam
telah di istimewakan dengan tugas amar ma’ruf nahi munkar ini melalui
firman-Nya , “ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Q.S. 3: 110)
Sabar itu
bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan itu di tunaikan. Ada
sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari, dan adapula sabar atas
kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha dan tenang. Seorang yang
beriman berada diposisi antara syukur dan sabar. Dalam kemudahan yang
diterimanya, ia pandai bersyukur sedangkan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya , ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
Kaidah ketiga
adalah etika sosial. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab yang luhur
serta keutamaan-keutamaan adiluhung. Luqman menggambarkan hal itu untuk
putranya dengan larangan melakukan
kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta perintah untuk tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat dalam berjalan, dan merendahkan suara. Seorang muslim
perlu diingatkan untuk tidak boleh menghina dan angkuh. Sebab, semua manusia
berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai yang busuk. Dan
ketika hidup pun , ia kesakitan jika tertusuk duru dan berkeringat jika
kepanasan.
Sebenarnya
pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya untuk menjaga anak
keturunan agar memiliki kualitas iman yang prima, amal sempurna dan akhlak
paripurna. Karena itu, tanpa banyak di ketahui, di dalam islam, langkah awal
pendidikan untuk mendapatkan kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan
sejak anak bahkan belum terlahir. Apa buktinya ?
Manhaj Islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria dalam memilih
pasangan hidup adalah faktor agama, bukan karena paras muka dan kekayaannya.
Sebab, di yakini calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang baik
tentu akan melahirkan anak-anak yang juga baik di dalam ajaran islam, orang tua
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Keduanya bekewajiban
mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa ,” Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikan
dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari).
Kewajiban ini juga di tegaskan dalam firman-Nya , “ Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki mu, Kamilah yang member rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalh bagi orang yang bertakwa.” (Q.S. 20:
132). Dalam ayat lain, “ Hai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang di perintahkan. (Q.S. 66:6)
Dalam Islam
pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu melainkan erat
kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep belajar atau
pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat..
Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa di korelasikan dengan
kebutuhan lingkungan dan lingkungan di jadikan sebagai sumber belajar. Seorang
peserta didik yang di beri kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan
akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin. Firma Allah (Q.S
Al-Baqarah 30) menyatakan ,” sesungguhnya aku jadikan manusia sebagai pemimpin
(khalifah) di atas bumi.” Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah
berfirman ,” Hendaklah ada diantara kamu suatu umatyang mengajak kepada
kebajikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. 3 : 104)
Konsep pendidikan
dalam islam menawarkan suatu system pendidikan yang holistik dan memposisikan
agama dan sains sebagai sesuatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama
lain yang secara umum ditunjukkan dalam do’a Rasulullah , “ ya Allah, ajarilah aku
apa yang membawa manfaat bagiku serta karuniakanlah padaku ilmu yang
bermanfaat,”. Dari do’a tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan
dalam islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits
Rasulullah ,” iman itu bagaikan badan yang masih polos, pakaiannya adalah
takwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.”
Pemisahan dan
pengontakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama
jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan
penalaran , sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama dan
akhlak atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak
yang merusak.
Murtadha Mutahhari
seorang ulama, filosuf dan ilmuwan islam menjelaskan bahwa iman dan sains
merupakan karakteristik khas insani, dimana manusia mempunyai
kecenderunganuntuk menuju kearah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat
hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang
merupakan fitrah manusia. Tetapi dilain
pihak manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan
memahami semesta alam serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, masa
sekarang dan masa mendatang (yang merupakan cirri khas sains).
Alqur’an
berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal manusia
untuk melihat kemahakuasaan-Nya Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan
tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan
langit bumi. Banyak ayat-ayat alqur’an yang berisikan tentang kejadian alam di
sekitar kita yang menuntut pemhaman dengan sains atau akal manusia, karena itu
seorang muslim juga diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah
salah satu pembuktiaan kekuasaan Allah di samping ayat-ayat qauliyah. Karenanya
konsep pendidikan dalam islam menurut alqur’an pun tidak hanya berisi
materi-materi pendidikan keagamaan saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
Islam pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu melainkan
erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep belajar atau
pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat..
Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa di korelasikan dengan
kebutuhan lingkungan dan lingkungan di jadikan sebagai sumber belajar. Seorang
peserta didik yang di beri kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan
akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin.
B. Saran
Demikian yang dapat saya
paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan
saran yang yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi kita semua. Aamiin …
DAFTAR
PUSTAKA
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (
Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. II
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pelaksanaannya (UU RI No. 2 Thn. 1989) ( Jakarta: Sinar Grafika, 1993), cet. IV
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta:
Majelis Luhur Taman Siswa, 1962)
Hanus, Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam. ( Logos Wacana
Ilmu: Jakarta, 1999)
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. (PT Rosdakarya: Bandung, 2001 )
Hamdani Ihsan dan H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam
( CV: Pustaka Setia : Bandung, 2001
[1]
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,
1991), cet. II, hlm. 250.
[2] Undang-undang
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya (UU RI No. 2
Thn. 1989) ( Jakarta: Sinar Grafika, 1993), cet. IV, hlm. 3).
[3] Ki Hajar
Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa,
1962), hlm. 14-15.
[4] Hanus, Asrohah,
Sejarah Pendidikan Islam. ( Logos Wacana Ilmu: Jakarta, 1999) hlm 12
[5] Muhaimin,
Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah. (PT Rosdakarya: Bandung, 2001 ) hlm 36
[6] Ibid,
[7] Ibid,
[8] Hamdani Ihsan
dan H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan
Islam ( CV: Pustaka Setia : Bandung, 2001) hlm 15-16
[10] http://armangeofrey.blogspot.com/2013/01/konsep-pendidikan-islam-menurut-Alqur’an.html
0 komentar:
Posting Komentar