PANDANGAN PSIKOLOGI TERHADAP MASYARAKAT DAN DAKWAH
Makalah ini Disajikan Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum
Dosen Pembimbing:
DESSYANNA PUSPITASARI, S.Psi
Disusun Oleh:
ERNI APRILIANI 2012121627
YUNITA 2012121628
RAPI’AH 2012121558
SAMARATUL INAYAH 2012121559
JAZULI 2012121602
RAIHANAH 2012121603
SRI AGUSTINA 2012121609
M. ALFIANNOR HUDA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah Psikologi Umum dengan judul “Pandangan Psikologi terhadap Masyarakat dan Dakwah”
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dessyanna Puspitasari, S.Psi selaku dosen pembimbing, karena telah memberi bimbing kepada penulis, dan juga teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh karenanya pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurnanya apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan serta isi/materi, kami mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak langsung, untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.
Kandangan, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang Masalah 1
Rumusan Masalah 2
BAB II PANDANGAN PSIKOLOGI TERHADAP MASYARAKAT
DAN DAKWAH 3
Pandangan Psikologi terhadap Masyarakat 3
Pandangan Psikologi terhadap Dakwah 6
BAB III PENUTUP 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, dan keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi sosial terbentuk karena dipengaruhi oleh tindakan sosial, kontak sosial, dan komunikasi sosial.
Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Dalam perkembangannya muncullah ilmu psikologi yang berhubungan dengan manusia.
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pandangan psikologi terhadap masyarakat dan dakwah.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah makalah ini adalah:
Bagaimana pandangan psikologi terhadap masyarakat?
Bagaimana pandangan psikologi terhadap dakwah?
BAB II
PANDANGAN PSIKOLOGI TERHADAP MASYARAKAT DAN DAKWAH
Pandangan Psikologi Terhadap Masyarakat
Menurut Koentjaranigrat (1980), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Sedangkan Abdul Syani (1987), menyatakan bahwa masyarakat merupakan kelompo-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hokum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan tersendiri. Manusia diikat dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan kebutuhan.
Jadi, Masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bersama denagn tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan lain-lain. Masyarakat dalam arti sempit merupakan sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Oleh karena itu dapat disimpulkan. Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal disuatu daerah yang tertentu dan memilki aturan bersama untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kesejahteraan.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar. Berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia. Ahli mantic (logika) menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir), seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “zoon political” atau “political animal (manusia adalah hewan yang berpolitik).
Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun internal. Namun demikian sebagian terbesar dari perilaku organisme itu sebagai respons terhadap stimulus eksternal. Perilaku manusia sebagian terbesar ialah berupa perilaku yang di bentuk, perilaku yang dipelajari.
Manusia sebagai makhluk hidup dapat ditinjau dari berbagai macam segi sesuai dengan suduut tinjauan dalam mempelajari manusia itu. Manusia dapat mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat adanya perkembangan pada diri manusia itu.
Sebagai makhluk individual, manusia mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, adanya dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial, adanya hubungan manusia dengan sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada masyarakat.
Manusia mempunyai dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri (Ichhaftigkeit) dan dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat (Sachlichkeit) secara bersama-sama, manusia merupakan kesatuan dari keduanya.
Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masayarakat yang didalamnya terdapat inetraksi individu dengan individu lainnya. Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi lingkungan sosila primer dan lingkungan sosial sekunder. Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara individu satu dengan yang lain. Pengaruh lingkungan sosial primer ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial sekunder. Lingkungan sosial sekunder yaitu lingkungan sosial dimana hubungan individu satu dengan yang lain agak longgar, individu satu kurang mengenal individu yang lainnya. Namun demikian baik lingkungan primer maupun lingkungan sekunder sangat besar pengaruhnya terhadap keadaan individu sebagai anggota masyarakat.
Manusia mempunyai motif atau dorongan sosial. Dengan adanya motif atau dorongan sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi, sehingga memunculkan adanya interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain.
Interaksi sosial adalah hubungan antar individu satu dengan individu lainnya. Individu satu dapat mempengaruhi yang lain begitu juga sebaliknya. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat melebur diri dengan keadaan di sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.
Berbagai prasangka sosial muncul pada masyarakat yang multikultural. Hal ini dikarenakan perbedaan pandangan, pemahaman dan ideologi yang ada pada masing-masing kelompok dan etnis.
Upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam mengurangi prasangka, yakni melalui hubungan antar kelompok, melalui sosialisasi, melalui rekayasa sosial, maupun melalui penyadaran diri pribadi.
Melalui Hubungan Antar Kelompok
Dengan berhubungan antar kelompok, bisa diasumsikan bahwa anggota kelompok yang berbeda bila saling berinteraksi satu sama lain akan mengurangi banyak prasangka antara mereka, dan menghasilkan sikap antar kelompok dan stereotip yang lebih positif. Semakin banyak dan erat interaksi yang terjadi maka prasangka dan stereotip negatif akan semakin berkurang. Karena dengan mengadakan hubungan antar kelompok ini masing-masing kelompok akan saling mengenal untuk kemudian mendapatkan dukungan sosial dan dukungan institusional dari kelompok lain. Selain itu masing-masing kelompok akan memiliki hubungan yang sejajar yang kemudian akan membentuk kerjasama antar kelompok.
Melalui Sosialisasi
Sosialisasi juga merupakan metode yang sesuai untuk mengurangi prasangka. Upaya sosialisasi nilai-nilai egalitarian dan tidak berprasangka bisa dilakukan di rumah atau keluarga, di sekolah maupun dimasyarakat. Keluarga adalah faktor yang sangat penting dalam sosialisasi nilai-nilai yang mendorong anak-anak tidak berprasangka. Hanya memang, keluarga tidak menjadi satu-satunya faktor yang dominan. Bisa jadi keluarga yang telah mendorong sikap berprasangka tetap tidak berhasil membuat anak tidak berprasangka karena sekolah atau teman-teman sebayanya tidak mendukung upaya itu. Demikian juga sebaliknya, upaya sekolah untuk mengurangi prasangka mungkin tidak akan berhasil jika di rumah situasi keluarga tidak mendukung
Melalui Penyadaran Diri
Penyadaran diri merupakan sumber yang paling signifikan dalam prasangka sosial. Karena proses prasangka diri inilah yang biasanya berkembang menjadi prasangka sosial dan menjadi konflik antar etnis dan kelompok masyarakat. Adapun untuk melakukan hal ini individu bisa melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri.
Jadi dalam psikologi, masyarakat dipandang sebagai objek kajian yang membahas segala jenis interaksi yang terjadi didalamnya.
Pandangan Psikologi Terhadap Dakwah
Dakwah merupakan suatu kewajiban setiap muslim. Sebagai seorang da’i tentu ingin mencapai kesuksesan dalam tugas dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Misalnya, dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi selalu beramal saleh ataupun dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tidak akan dilakukan lagi. Sehingga pada akhirnya dalam jiwanya tertanam rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam.
Pada proses dakwah yang bermaksud untuk mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Jika dilihat dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak memberi jalan pada tujuan dakwah pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi seorang da’i dengan mempelajari metode psikologi yang mana psikologi dapat memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya dalam meneliti tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk yang berjiwa dan memiliki kepribadian.
Dalam ilmu dakwah objek dakwah terbagi menjadi objek material yang mencakup ajaran pokok agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis serta dapat diiwujudkan dalam semua aspek kegiatan dan kehidupan umat Islam dalam sepanjang sejarah Islam. Sedangkan pada objek formal meliputi aspek yang berhubungan dengan kegiatan mengajak umat manusia agar beramar ma’ruf nahi munkar sehingga umat manusia mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya dalam semua segi kehidupan manusia. Adapun pendapat dari Syukriadi Sambas yang menyatakan bahwa objek material ilmu dakwah adalah perilaku keislaman dalam berislam yang sumber pokoknya Al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan objek formalnya adalah aspek spesifik mengenai perilaku keislaman dalam melakukan dakwah baik dalam bentuk Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir.
Dalam pandangan psikologi, George a miller menyatakan bahwa psikologi mempunyai objek pembahasan yang berupa mental atau jiwa manusia secara luas. Pembahasannya bersifat ilmiah yang didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh metode ilmiah pula. Hal ini berbeda dengan William james yang membatasi objek pembahasan psikologi pada jiwa sadar manusia sehat, terdidik dan sebagainya. Yang djadikan objek penelitiannya adalah tingkah laku yang berhubungan dengan proses penyesuaian diri. Tingkah laku tersebut bertujuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup biologis sebagai makhluk individual dan tuntutan hidup sosial sebagai makhluk sosial.
Psikologi memandang dakwah sebagai hal yang sangat penting, dengan psikologi pendekatan dalam dakwah bisa dipelajari dan dapat meningkatkan penyerapan ilmu pengetahuan yang diberikan. Dalam perkembangannya muncullah psikologi dakwah.
Psikologi dakwah yang merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, yaitu psikologi adalah ilmu yang membahas mengenai gejala-gejala kejiwaan individu yang dapat diketahui melalui tingkah lakunya. Dan dakwah adalah sebuah proses penyampaian ajaran Islam kepada seseorang sehingga melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk menuju ke jalan Allah agar tercapainya kebahagian dunia dan akhirat. Jadi, psikologi dakwah yaitu suatu disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan melalui tingkah laku yang sesuai amar ma’ruf nahi munkar.
Dari gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda, maka psikologi dakwah tentunya memiliki objek pembahasan tersendiri yang berbeda dari ilmu-ilmu yang lainnya. Dalam kamus ilmiah, objek berarti sasaran, hal perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Ahmad Mubarak menganggap psikologi dakwah sebagai ilmu yang berusaha mneguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dengan proses dakwah.
Pada psikologi dakwah memiliki teori serta prinsip-prinsip dan sudut pandang secara khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya serta objek pembahasannya. Dilihat dari objek pembahasannya terbagi menjadi objek material dan objek formal. Pada objek material, yaitu sesuatu realitas atau fakta-fakta yang dibahas oleh suatu ilmu. Sedangkan objek formal adalah suatu sudut pandang yang spesifik terhadap suatu masalah yang diungkapkan secara mendalam oleh suatu disiplin ilmu.
Objek material psikologi adalah manusia sebagai makhluk yang berjiwa dan objek material dakwah adalah manusia sebagai makhluk yang berketuhanan. Jadi objek material psikologi dakwah, yaitu manusia sebagai makhluk yang memiliki jiwa dan berketuhanan sesuai dengan ajaran Islam.
Objek formal psikologi adalah tingkah laku manusia yang dilihat dari gejala-gejala kejiwaannya. Sedangkan objek formal dakwah adalah manusia sebagai individual ataupun sosial untuk diarahkan menuju kejalan Allah. Jadi objek psikologi dakwah adalah manusia dengan segala tingkah lakunya yang terlibat dalam proses dakwah.
Dalam objek pembahasan psikologi dakwah masalah tingkah laku manusia dilihat dari segi interaksi dan interrelasi serta interkomunikasinya dengan manusia lain dalam hidup kelompok sosial di samping masalah hidup individual dengan kelainan-kelainnya yang mendasar dan menyeluruh, oleh karena manusia adalah makhluk sosial dan makhluk individual.
Objek psikologi dakwah yaitu manusia yang memiliki sikap dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing individu memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh orang tua maupun lingkungan. Begitu juga da’i ada yang berpikiran sempit dan ada yang luas, da’i tidak cukup hanya menguasai materi dakwah tetapi harus memahami karakteristik mad’u. Psikologi dakwah membantu para da’i memahami latar belakang hidup naluri manusia sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial. Dengan pemahaman tersebut para da’i akan mampu menghitung, mengendalikan serta mengarahkan perkembangan modernisasi masyarakat terhadap pengaruh teknologi modern yang positif.
BAB III
KOMENTAR
Kesimpulan
Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal disuatu daerah yang tertentu dan memilki aturan bersama untuk mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kesejahteraan. Dalam psikologi, masyarakat dipandang sebagai objek kajian yang membahas segala jenis interaksi yang terjadi didalamnya.
Dakwah merupakan suatu kewajiban setiap muslim. Sebagai seorang da’i tentu ingin mencapai kesuksesan dalam tugas dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang.
Antara psikologi dan dakwah membentuk suatu ilmu baru yaitu psikologi dakwah. Psikologi dakwah yang merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, yaitu psikologi adalah ilmu yang membahas mengenai gejala-gejala kejiwaan individu yang dapat diketahui melalui tingkah lakunya. Dan dakwah adalah sebuah proses penyampaian ajaran Islam kepada seseorang sehingga melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk menuju ke jalan Allah agar tercapainya kebahagian dunia dan akhirat. Jadi, psikologi dakwah yaitu suatu disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan melalui tingkah laku yang sesuai amar ma’ruf nahi munkar.
Pendapat
Psikologi memandang masyarakat sebagai hal yang sangat penting sebagai objek pemebahasan. Sedangkan dakwah dalam psikologi dipandang sebagai media atau cara penyampaian, sehingga dalam psikologi muncul psikologi dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. 2004. Cet.4
Dahlan, M. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1994
Enjang & Aliyudin. Dasar Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjadjaran. 2009
Kafie, Jamaluddin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Offset Indah. 1993
Koentjaranigrat. Manusia dan Agama. Jakarta: Gramedia. 1980
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1999. Cet.1
Muhibbinsyah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001
Syani, Abdul. Manajemen Organisasi. Jakarta: PT Bina Aksara. 1987
Syata, Zakcy. Filsafat Manusia. Surabaya: Terbit Terang. 1994
0 komentar:
Posting Komentar