Selasa, 20 September 2016

MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN


TUGAS INDIVIDU
 “ SUPERVISI KLINIS “

Description: Description: LOGO STAI.png
                       
                            DOSEN PEMBIMBING             : ZAINI, S.Pd.I
                            MATA KULIAH              : SUPERVISI PENDIDIKAN


                                                    DISUSUN OLEH:
                                      ERNI APRILIANI  (2012121627)



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi taufik serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyusun makalah yang sangat sederhana ini dengan judul “ Supervisi Klinis ”.
Pada kesempatan ini pula tak lupa saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Zaini, S.Pd.I selaku dosen pengasuh Mata Kuliah Supervisi Pendidikan yang telah mendukung selesainya makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tiada gading yang tak retak. Saya hanyalah manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan, kritik dan saran yang bersifat positif sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan berpikir kita semua.
Amin yaa rabbal alamin.

             Kandangan, 15 Oktober 2014

                                     Penyusun,



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................        i   
DAFTAR ISI ..............................................................................................         ii  
BAB I   : PENDAHULUAN ....................................................................          2  
BAB II  : PEMBAHASAN .......................................................................          3
A.    Pengertian Supervisi Klinis ....................................................           3
B.     Ciri-Ciri Supervisi Klinis ........................................................          4
C.    Tujuan Supervisi Klinis ..........................................................          6
D.    Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis ............................................           8
E.     Prosedur Supervisi Klinis .......................................................          9
F.     Teknik Supervisi Klinis ..........................................................           11
BAB III     : PENUTUP ............................................................................          13
                   Simpulan  ................................................................................          13
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

            Supervisi merupakan  istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat diberi tahu bagaimana cara peningkatannya. Namun berdasarkan fenomena yang terjadi terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan supervisi, berdasarkan pengamatan terdapat ketidak konsisitenan antara pandangan normativ dengan pandangan deskriptif mengenai supervisi. Seyogyanya supervisi harus memperbaiki pengajaran tapi kenyataanya supervisor lebih menekankan pada tanggung jawab administratif guru, hal ini berimplikasi terbalik pada tidak terpenuhinya keinginan guru mendapat bantuan langsung dari supervisor untuk memperbaiki pengajaran, mestinya supervisor dapat mengkombinasikan tanggung jawab perbaikan pengajaran dilihat dari aspek professional dengan tanggung jawab administrasi guru untuk mencapai hasil yang lebih luas  pada level kelas melalui perbaikan pengajaran. Karena bantuan pengajaran merupakan pembinaan professional, sedangkan pendekatan administrasi merupakan bagian dari birokrasi.[1]
            Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Salah satu model supervisi yang dilakukan di sekolah adalah supervisi klinis. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian, ciri-ciri, tujuan,  prinsip,  prosedur dan teknik supervisi klinis.


BAB II
SUPERVISI KLINIS

A.    Pengertian Supervisi Klinis
            Supervisi klinis adalah bantuan profesional kesejawatan oleh supervisor kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis, dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan guru mengajar, analisis perilaku, dan tindak lanjut. Supervisi klinis adalah proses bantuan atau terapi profesional yang terfokus pada upaya perbaikan pembelajaran melalui proses siklikal yang sistematis dimulai dari perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
            Istilah klinis (clinical) mengandung maksud bahwa dalam pelaksanaan supervisi hubungan berlangsung secara tatap muka (face to face) antara guru dengan supervisor dan di fokuskan pada perilaku aktual guru didepan kelas. Kata klinis juga mengandung arti berkenaan dengan penyakit. Seorang supervisor dalam melaksanakan layanan supervisi klinis, ibarat seorang doktr yang sedang mengobati pasiennya. Didahului dengan datangnya pasien, kemudian dokter menanyakan keluhan  apa saja yang dirasakan untuk mengetahui sebab-sebab dan jenis penyakit yang diderita , kemudian setelah mendapatkan kepastian dari proses diagnosis baru dokter memberikan obatnya. Hal yang terpenting dari analogi dengan pengobatan penyakit adalah bahwa supervisi klinis menghendaki inisiatif datang dari guru, untuk penyembuhan suatu aspek tertentu yang jelas, dan memang sangat dibutuhkan oleh guru itu sendiri.[2]
            Menurut Richard Waller yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, tentang definisi supervisi klinis adalah  supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional.
            Keith Acheson dan Meredith D. Gall yang juga di kutip oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka katakan bahwa supervisi klinis yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik.
            Dari kedua definisi diatas , menurut John J. Bolla yang di kutip oleh M. Ngalim Purwanto, menyimpulkan bahwa supervisi klinis  adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.[3]
B.     Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Ciri-ciri supervisi klinis adalah sebagai berikut :
1.      Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.
2.      Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru /calon guru, dengan terlebih dahulu diadakan kesepakatan melalui pengkajian bersama antara guru/calon guru dengan supervisor.
3.      Meskipun guru/calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja.
4.      Instrument observasi dikembangkan/disepakati bersama antara supervisor dan guru/calon guru sesuai dengan kontrak yang disetujui kedua belah pihak,
5.      Umpan balik kegiatan mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan obyektif
6.      Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
7.      Supervisor lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada memerintah /mengarahkan.
8.      Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan bersifat terbuka.
9.      Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi umpan balik.
10.  Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan /peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar, dipihak lain dipakai dalam konteks pendidikan pra jabatan maupun pendidikan dalam jabatan.[4]
            Dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui dan dibedakan antara supervisi pengajaran dan supervisi klinis. Supervisi pengajaran lebih menekankan pada pengawasan dari supervisor terhadap guru-guru tentang pengelolaan pembelajaran yang dikelolanya. Sedangkan supervisi klinis lebih menekankan pada inisiatif guru untuk menyampaikan problem-problem pengajaran yang dihadapinya untuk disampaikan kepada supervisor, dan selanjutnya dicarikan solusi terbaiknya. Persamaannya adalah bahwa baik dalam supervisi pengajaran maupun dalam supervisi klinis dituntut adanya kooperasi atau kerja sama yang harmonis antara supervisor dengan guru itu sendiri , guru tidak boleh masa bodoh.[5]
C.    Tujuan Supervisi Klinis
            Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.
            Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu: 
1.      Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
2.      Membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.[6]
            Secara umum tujuan supervisi klinis untuk :
1.      Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
2.      Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
3.      Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran
4.      Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
5.      Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.[7]

Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
1.      Menyediakan balikan  bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja dijalankan.
2.      Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar
3.      Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi belajar
4.      Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau pekerjaan mereka
5.      Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.[8]
D.    Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
            Menurut Acheson dan Gall yang dikutip oleh Binti Maunah, mengemukakan tiga prinsip umum yang harus menjiwai keputusan /tindakan supervisor. Disamping itu ada beberapa prinsip tambahan yang ikut menyertainya. Prinsip umum dan tambahan peserta itu adalah :
1.      Terpusat pada guru/calon guru ketimbang supervisor
2.      Hubungan guru/calon guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif.
3.      Demokratif ketimbang otoritatif
4.      Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru/calon guru
5.      Umpan balik dari proses belajar mengajar guru/calon guru diberikan dengan segera dan hasil peninjauan/penilaiannya harus sesuai dengan kontak yang disetujui bersama
6.      Supervisi yang diberikan bersifat bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional.
7.      Pusat perhatian pada waktu berlangsung supervisi dalam kegiatan belajar mengajar tertentu hanya pada beberapa keterampilan mengajar saja.[9]
E.     Prosedur Supervisi Klinis
            Berbagai pendapat para ahli dijumpai dalam pengembangan tahap-tahap supervisi klinis, meskipun demikian kelihatannya mereka mempunyai prinsip yang sama yaitu supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu tahap pertemuan pendahuluan(awal), tahap observasi kelas, dan tahap pertemuan balikan(akhir). Hal yang paling membedakan supervisi klinis adalah penekanannya pada interaksi langsung antara guru dan supervisor dan pengembangan profesional guru.
            Tahap pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai langkah inventarisir masalah yang dihadapi guru, tahap observasi kelas dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat secara real pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, sedangkan tahap pertemuan balikan(akhir) merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang kedua tadi. 
1.      Tahap pertemuan pendahuluan (awal)
           Pada tahap ini yang terpenting untuk diperhatikan, terutama oleh supervisor adalah harus dapat menciptakan suasana yang akrab, terbuka dan penuh persahabatan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a.       menciptakan suasana yang intim dan terbuka,
b.      mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran,
c.       menentukan fokus observasi,
d.      menentukan alat bantu (instrument) observasi, dan
e.       menentukan teknik pelaksanaan observasi.
2.      Tahap observasi kelas
           Pada tahap ini guru mengajar atau melakukan latihan mengenai tingkah laku mengajar yang telah dipilih dan disepakati bersama pada tahap pertemuan pendahuluan. Fungsi utama observasi kelas adalah untuk menangkap apa yang terjadi selama proses pengajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru dapat dengan tepat mengingat kembali proses pengajaran dengan tujuan agar analisis dapat dibuat secara objektif. Ide pokok dalam observasi ini mencakup apa yang terjadi sehingga dengan catatan yang dibuat dengan cermat dan lengkap serta kemudian tersimpan dengan baik , dapat bermanfaat untuk kepentingan analisis dan komentar.
3.      Tahap pertemuan balikan (akhir)
           Tahap ini merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dan guru berkaitan dengan kegiatan yang baru saja diselesaikan, yaitu guru baru saja selesai melakukan  latihan suatu keterampilan , dan supervisor baru saja selesai mengamati guru melakukan latihan. Yang menjadi acuan dalam pertemuan balikan ini adalah kesepakatan yang dibuat dalam pertemuan pendahuluan (awal) dan pada akhir diskusi balikan ini guru diharapkan dapat mengetahui dan menyadari seberapa jauh tujuan yang telah disetujui bersama dapat tercapai.[10]
F.      Teknik Supervisi Klinis
            Dalam  supervisi klinis juga terdapat beberapa teknik yang perlu dilakukan agar pelaksanaan supervisi klinis dapat berjalan dengan baik. Adapun teknik-teknik supervisi klinis adalah sebagai berikut :
1.      Supervisor sebaiknya mendengarkan dengan cermat permasalahan yang disampaikan guru dan berbicara seperlunya saja
2.      Memberikan komentar yang tepat, artinya komentar disesuaikan dengan permasalahan guru
3.      Menegaskan pertanyaan/pernyataan guru agar lebih jelas dan mudah dipahami
4.      Memberikan pujian kepada guru yang mempunyai perkembangan yang baik
5.      Tidak menasehati secara langsung apalagi dihadapan banyak orang
6.      Memberikan motivasi  dan dukungan secara optimal
7.      Memahami permasalahan yang dirasakan orang lain dari sudut pandang orang tersebut, bukan dari sudut pandang diri sendiri.[11]

BAB III
PENUTUP
Simpulan
            Supervisi klinis  adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor, tetapi atas kesadaran guru untuk datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan menguasai penerapan supervisi klinis.
            Supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu tahap pertemuan pendahuluan(awal), tahap observasi kelas, dan tahap pertemuan balikan(akhir). Hal yang paling membedakan supervisi klinis adalah penekanannya pada interaksi langsung antara guru dan supervisor dan pengembangan profesional guru. Tahap pertemuan pendahuluan dimaksudkan sebagai langkah inventarisir masalah yang dihadapi guru, tahap observasi kelas dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat secara real pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, sedangkan tahap pertemuan balikan(akhir) merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang kedua tadi.
           
DAFTAR PUSTAKA

Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam ( Teori dan praktik ). Yogyakarta: Teras, 2009
Purwanto , M. Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja             Rosdakarya., 2003
Prasojo, Lantip Diat. Sudiyono, Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media, 2011
Sahertian, P.A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka       Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000
http://ab-dina.blogspot.com/2014/01/makalah-supervisi-klinis.html  di akses Kamis, 11       September 2014 pukul 19.09
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/01/supervisi-klinis/  di akses Kamis, 11       September  2014
http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis Diakses Minggu, 12      Oktober 2014 pukul 09.00







                [1] http://ab-dina.blogspot.com/2014/01/makalah-supervisi-klinis.html  di akses Kamis, 11 September 2014 pukul 19.09
                [2] http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis. Diakses Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 09.00
                [3] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosdakarya., 2003), cet. 12, h. 91

                [4] Binti Maunah. Supervisi Pendidikan Islam ( Teori dan praktik ). (Yogyakarta: Teras, 2009), cet. 1, h. 79

                [5] http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis. Diakses Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 09.00

                [6] P.A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 25

                [7] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/01/supervisi-klinis/  di akses Kamis, 11 September  2014

                [8] http://ab-dina.blogspot.com/2014/01/makalah-supervisi-klinis.html  diakses Selasa, 16 September 2014 pukul 10.23
                [9] Binti Maunah , Op.Cit, h.81
                [10] http://profesikependidikan.wordpress.com/category/supervisi-klinis. Diakses Minggu, 12 Oktober 2014 pukul 09.00

                [11] Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan. (Yogyakarta: Gava Media, 2011), cet. 1, h. 116

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates