Selasa, 20 September 2016

Makalah Tafsir Tarbawi


MAKALAH TAFSIR TARBAWI
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-QUR’AN

Description: stai.png


DOSEN PEMBIMBING         : EDDY KHAIRANI Z. , S.Ag, M.Pd.I
MATA KULIAH           : TAFSIR TARBAWI

NAMA                           : ERNI APRILIANI
NIM                               : 2012121627
LOKAL                          : D



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
 DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang selalu diperlukan disepanjang hidupnya. Manusia adalah makhluk pemikir yang memiliki tujuan hidup. Lewat pendidikan yang tepat, manusia bisa meraih cita-cita luhur dan jalan kebahagiaannya. Tentu saja pendidikan yang dimaksud adalah upaya pengembangan dan aktualisasi potensi internal manusia untuk mencapai tujuan ideal. Dengan kata lain, selama potensi tersembunyi manusia tidak teraktualisasikan, maka ia tidak akan bisa mencapai kesempurnaan. Rasulullah saw dalam salah satu hadisnya menuturkan, "Masyarakat adalah khazanah seperti emas dan perak". Oleh karena itu, dengan landasan pendidikan semacam itu, maka noda-noda dalam diri manusia akan dibersihkan, dan potensi tersembunyi dalam dirinya akan berkembang.
Pendidikan merupakan sarana untuk memberikan petunjuk hidup dan membangun diri manusia. Lewat pendidikan inilah, manusia akan ditempa manjadi seorang pemikir. Dari sisi sosial, pendidikan merupakan faktor penting dalam hidup bermasyarakat. Imam Ghazali salah seorang pemikir besar muslim menilai pendidikan sebagai prinsip dasar pemasyarakatan manusia. Menyangkut hal ini, ia menyatakan, "Jika para ilmuan dan pendidik tidak ada, maka masyarakat akan hidup seperti hewan ternak. Dengan kata lain, pendidikan bisa mengangkat manusia dari peringkat hewani menuju peringkat insani."






BAB II
PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ALQUR’AN

A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan ( hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik , atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya ) badan , batin, dan sebagainya.[1]
Dalam bahasa Arab , para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Ahmad Fuad Al-Ahwani, Ali Khalil Abu Al-Ainain, Muhammad Athiyah Al-Abrasyi dan Muhammad Munir Mursyi..
Pertama , istilah tarbiyah yang dipahami dalam pengertian pendidikan , sebagaimana dipergunakan masa kini ,tidak bisa ditemukan  dalam semua leksikon-leksikon bahasa Arab besar. Al-Attas mengatakan bahwa tarbiyah berarti mengasuh , memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan ,membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang, menjinakkan.
Kedua , bahwa makna dasar istilah tarbiyah tentunya berpuncak pada otoritas Al-qur’an sendiri, tidak secara alami mengandung unsur-unsur esensi pengetahuan , intelegensi, dan kebajikan lainnya, yang pada hakikatnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang sebenarnya.
Sebagai alternatif yang diajukan Al-Attas untuk istilah pendidikan Islam adalah harus dibangun dari berbagai istilah yang secara substansial mengacu kepada pemberian pengetahuan , pengalaman, kepribadian, dan sebagainya. Pendidikan Islam , harus dibangun dari perpaduan istilah ‘ilm atau ‘allama(ilmu,pengajaran),’adl(keadilan), ‘aml(tindakan), haqq(kebenaran atau hubungan dengan yang benar dan nyata, nuthq(nalar), nafs(jiwa), qalb(hati),‘aql(pikiran atau intelek), maratib dan darajat (tatanan hirarkis), ayat (tanda-tanda dan symbol-simbol), tafsir dan ta’wil (penjelasan dan penerangan), yang secara keseluruhan istilah tersebut rerkandung dalam istilah adab. Dari istilah yang dipadukan itu maka pendidikan dapat diartikan pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan di dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat  didalam tatanan wujud dan keperiadaan.
Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepada berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.2 Th. 1989) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.[2]
Selanjutnya, Bapak Pendidikan Nasional , Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti ( kekuatan batin,karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak yang antara satu dan yang lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. 
Dari dua definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal.[3]
Adapun pengertian Islam berasal dari bahasa arab aslama, yuslimu islaman yang berarti berserah diri, patuh , tunduk. Kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima, yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian , secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai keselamatan. Pengertian Islam dari segi kebahasaan ini sudah mngacu kepada misi Islam itu sendiri yang mengajak manusia agar hidup aman, damai, dan selamat dunia akhirat dengan cara patuh dan tunduk kepada Allah , yang selanjutnya upaya ini disebut ibadah.
Selanjutnya, jika kata pendidikan dan Islam disatukan menjadi Pendidikan Islam , artinya secara sederhana adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Secara keseluruhan , definisi yang bertemakan pendidikan Islam itu mengacu kepada suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
         Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan proto type yang terus menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Pendidikan Islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Mudatstsir (74) ayat 1-7. Menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti mendidik. [4]
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab, terdapat berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang “pendidikan Islam” dan sekaligus diterapkan dalm konteks yang berbeda-beda.[5] Pendiidikan Islam menurut Langgulung, setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-islamy (pengajaran keislaman),tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al- islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah ‘inda al-muslimin(pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-islamiyah (pendidikan Islami).[6]
Bagi An-Nahlawi[7] Istilah tarbiyah lebih cocok untuk pendidikan Islam. Berbeda halnya dengan Jalal, yang dari hasil kajiannya berkesimpulan bahwa istilah ta’lim lebih luas jangkaunnya dan lebih umum sifatnya daripada tarbiyah. Di kalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah pada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor. Kajian lainnya berusaha membandingkan dua istilah di atas dengan istilah ta’dib, sebagaimana yang dikemukakan oleh Syed Naquib Al-Attas, dari hasil kajiannya ditemukan bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks pendidikan Islam. dan kurang setuju terhadap penggunaan istilahtarbiyah dan ta’lim.
Secara garis besar, dapat disimpulkan pendapat beberapa tokoh Muslim tentang pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
1.      Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain sering kali beliau mengatakan kepribadian uatama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
2.      Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
3.      Menurut Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu:
a.             Tujuan untuk membentuk individu yang bercorak diri tertinggi menurut Al-Qur’an.
b.            Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Al-Qur’an, dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
4.      Menurut Musthafa Al-Ghulayani, pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan, dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.[8]

B.     DASAR-DASAR PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Sebagaimana diketahui bahwa Islam adalah agama universal dan menyeluruh, ia mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam urusan-urusan duniawi maupun hal-hal yang menyangkut akhirat. Pendidikan adalah bagian integral yang tak terpisahkan dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karena itu, dasar-dasar pendidikan Islam inheren dengan sumber utama ajaran Islam itu sendiri. Dalam artian bahwa pendidikan Islam bersumber dari prinsip-prinsip Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Itu artinya bahwa al-Qur'an merupakan dasar utama pendidikan Islam, karena itu kita tidak boleh lepas dan senantiasa menjadikan al-Qur'an sebagai dasar dan sumber dalam melakukan proses pendidikan.
Al-Qur'an sebagai kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad menjadi dasar sumber pendidikan Islam yang utama dan pertama. Al-Qur'an menempati posisi yang paling sentral sebagai dasar dan sumber pendidikan Islam. Oleh karena itu, segala kegiatan dan proses pendidikan Islam harus senantiasa berorientasi pada prinsip dan nilai-nilai al-Qur'an. Dalam hal ini menurut Azyumardi Azra bahwa al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam mengandung beberapa hal positif bagi pengembangan Pendidikan, yaitu antara lain penghormatan dan penghargaan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia dan memelihara keutuhan dan kebutuhan sosial.
Kelebihan al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam tampak pada metodenya yang unik dan menakjubkan, sehingga dalam konsep Pendidikan  yang terkandung di dalamnya bertujuan untuk menciptakan individ yang berilmu dan beriman, senantiasa mengesakan Allah serta mengimani hari akhir. Al-Qur'an memberikan kepuasan penalaran yang sesuai dengan kesederhanaan dan fitrah manusia tanpa unsur paksaan dan di sisi lain disertai dengan pengutamaan afeksi dan emosi manusiawi.  Oleh karena itu, al-Qur'an mengetuk akal dan hati sekaligus sehingga mewujudkan ilmu pengetahuan yang sinergis dengan iman sebagaimana firman Allah:
… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahuai apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadalah: 11)
Di samping itu, ayat yang pertama turun dimulai dengan  ayat yang mengandung konsep Pendidikan Islam. Sehingga dipahami dari ayat itu bahwa tujuan al-Qur'an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode bernalar serta sarat dengan kegiatan ilmiah, meneliti, membaca, mempelajari dan observasi terhadap manusia sejak masih dalam bentuk segumpal darah dan seterusnya, sebagaimana firman Allah:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mencptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS. al-‘Alaq: 1-5)
Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam melalui al-Qur'an menempatkan pendidikan  pada segmen yang terpenting. Bahkan menurut penulis bahwa perintah Allah yang pertama dalam al-Qur'an adalah masalah Pendidikan  dengan perintah untuk membaca. Itu artinya bahwa kebesaran dan kejayaan Islam karena dibangun melalui Pendidikan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semua ayat dalam mengandung nilai-nilai pendidikan baik secara tersurat maupun tersirat.
Metode pendidikan al-Qur'an dapat dianalisis dari surah al-Rahman. Dalam surah ini, Allah mengawali dengan menuturkan eksistensi manusia, kekuasaannya dalam mendidik manusia, hingga apa yang dianugerahkan kepada manusia seperti matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi. Pada setiap atau bahkan sejumlah ayat Allah membuktikan anugerahnya dengan menempatkan manusia di hadapan benda nyata, pengalaman, suara hati dan jiwa. Sehingga manusia tidak akan pernah mampu mengingkari apa yang telah dirasakan dan diterima oleh akal dan hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur'an memberikan metode Pendidikan  yang sangat edukatif.
            Sekaitan dengan hal tersebut, kiranya patut dikemukakan tujuan Pendidikan  Islam dalam perspektif Qur’ani, yaitu sebagai berikut:
  1. Mengenalkan manusia akan perananya di antara sesama makhluk dan tanggung jawab pribadinya sebagai khalifah di bumi.
  2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
  3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam ini.
  4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah Swt.) dan memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Dari keempat tujuan ini, meskipun saling berkaitan, namun dapat dipahami bahwa tiga tujuan pertama merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan keempat yakni ma’rifatullah dan taqwa kepada-Nya. Oleh karena itu, pada prinsipnya pendidikan Islam akan membentuk manusia bertaqwa kepada Allah dan memperoleh keridhaan-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.


C.    RUANG LINGKUP PENDIDIKAN BERASASKAN AL-QURAN
Pendidikan Islam dibagi menjadi beberapa aspek yang meliputi seluruh jiwa manusia. Aspek-aspek tersebut  ialah :
(1 )       Pendidikan Kerohanian dan Keimanan
(
2)        Pendidikan Akhlak
(
3)        Pendidikan Akal
(
4)        Pendidikan Jasmani


1.      Keimanan dan Kerohanian Asas Pendidikan
Pendidikan keimanan bermaksud  memperkenalkan kepada anak-anak dengan unsur-unsur keimanan, membiasakan dirinya dengan rukun Islam serta mendidiknya dengan prinsip-prinsip syariat yang mulia sejak usia tamyiz (berakal) lagi.
Yang dimaksudkan dengan unsur-unsur keimanan ialah semua perkara yang berkaitan dengan hakikat keimanan serta perkara-perkara yang ghaib seperti beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, Rasul dan dengan rukun iman yang lain.
Metode pendidikan keimanan dan kerohanian yang berasaskan al-Quran telah dijelaskan dengan panjang dan terperinci oleh Muhammad Qutb di dalam bukunya, ‘Manhaj Tarbiyah Islamiyah’. Antara perkara penting yang dikemukakan oleh Muhammmad Qutb ialah:
§  (a) meningkatkan kepekaan hati terhadap ciptaan-ciptaan Allah (alam semesta) dan membawa hati merasakan kewujudan Allah serta kekuasaan-Nya yang tidak terbatas;
§  (b) meningkatkan kepekaan hati dengan merasai Allah memerhati diri kita pada setiap masa dan di semua tempat serta setiap sesuatu berada di dalam pengetahuan Allah dan Dia akan memberi balasan bagi setiap perkara tersebut;
§  (c) meningkatkan ingatan terhadap Allah dengan perasaan taqwa dan tunduk terus menerus kepada-Nya;
§  (d) meningkatkan rasa cinta terhadap  Allah dan berusaha secara berterusan untuk memperoleh keridhaan-Nya; dan
§  (e) meningkatkan rasa damai dan tentram bersama Allah ketika berada dalam keadaan apa sekalipun, serta menerima takdir-Nya dengan ikhlas dan senang hati.
Dalam sistem pendidikan Islam, unsur alam digunakan untuk menyadarkan hati dalam melahirkan perkara-perkara di atas. Terdapat banyak ayat al-Quran yang menyentuh mengenai alam bagi membangunkan kepekaan hati manusia. Al-Quran membangunkan indera manusia untuk mengenal Tuhannya, melihat kekuasaan-Nya di dalam benda-benda yang kecil maupun yang besar, benda yang mudah atau yang kompleks. Semuanya membuktikan kekuasaan dan keperkasaan Allah serta keagungan dan kehebatan kreativitas-Nya. Al-Quran mendidik akal dan hati sekaligus. Hanya dengan sentuhan ke atas akal dan hati, akan terbina aqidah yang mantap dan benar.

2.      Alam Sebagai Kitab Terbuka
Oleh demikian, sejak dini pendidikan anak-anak perlu dimulai dengan pembinaan dan pengukuhan iman. Usaha ini dapat dilakukan dengan mendekatkan anak-anak dengan alam yang terbentang luas, umpama kitab yang terbuka, untuk memperkenalkan anak-anak kepada penciptanya.
Pendekatan ini bukanlah pendekatan yang baru karena ketika kita membuka dan mengkaji al-Quran, terutama surah-surah Makkiyah, kita akan rasakan Allah SWT telah memperkenalkan diri-Nya dengan mengalihkan pandangan manusia daripada memandang kehidupan ini dengan akal dan hati yang kosong kepada memandang alam sekeliling dengan kekaguman sehingga membuahkan penyerahan dan pengabdian kepada Allah Rabbul ‘Alamin.
Hal ini kita bukan saja dapat memperlihatkan anak-anak kepada alam sekitaran lingkungan mereka, bahkan dengan bantuan alat-alat audio-visual yang canggih kita dapat memamerkan kehebatan kuasa Allah sebagai pencipta dan penguasa alam ini kepada mereka.

3.      Metode Pendidikan Islam
Setelah kita memahami tujuan dan dasar pendidikan Islam, kita perlu memahami metode yang telah digunakan untuk merealisasikan sistem ini. Berdasarkan tulisan Muhammad Qutb dan an-Nahlawi, metode pendidikan Islam telah dirumuskan seperti berikut:
(a)  mendidik melalui dialog Qurani dan    Nabawi;
(b)  mendidik melalui kisah Qurani dan Nabawi;
(c)  mendidik melalui perumpamaan;
(d)  mendidik melalui teladan;
(e)  mendidik melalui amal perbuatan;
(f)   mendidik melalui ‘ibrah dan mau’izhah; dan
(g)  mendidik melalui targhib dan tarhib.



D.    KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM[9]
1.      Tujuan Umum Pendidikan Islam 
Al-Abrasyi (1969: 71) dalam kajiannya tentang pendidikan islam telah menyimpulkan lima tujuan bagi pendidikan islam yaitu :
a.       Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Kaum Muslimin dari dahulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti dari pendidikan islam dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan di akhirat
c.       Persiapan untuk mencari rezekidan pemeliharaan segi manfaat
d.      Menimbulkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuaan dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri
e.       Menyiapkan pelajar dari segi professional dan teknikal supaya dapat menguasai profesi tertentu.
Nahlawy (1963:67) menunjukan empat tujuan umum pendidikan islam yaitu :
a.       Pendidikan akal dan persiapan pikiran
b.      Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada kanak-kanak.
c.       Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidikmereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
d.      Berusaha menyeimbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat manusia
Al-Jammali (1966: 82)  menyebutkan tujuan-tujuan pendidikan yang diambilnya dalam alqur’an sebagai berikut :
a.       Memperkenalkan kepada manusia akan tempatnya diantara makhluk-makhluk dan akan tanggung jawab perseorangannya dalam hidup ini.
b.      Memperkenalkan kepada manusia akan hubungan-hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya dalam jangka suatu system sosial.
c.       Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta), dan mengajaknya memahami hikmah Penciptanya dalam menciptakannya, dan memungkinkan manusia untuk menggunakan atau mengambil faedah darinya..
d.      Memperkenalkan kepada manusia akan Pencipta alam raya ini.

2.      Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Diantara tujuan-tujuan khusus yang mungkin dimasukkan dibawah penumbuhan semangat agama dan  akhlak adalah :
a.       Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati- hati mematuhi akidah-akidah agama dan menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama.
b.      Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak mulia.
c.        Menanamkan keimanan kepada allah pencipta alam, dan kepada malaikat-malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari akhir berdasarkan pada paham kesadaran dan perasaan.
d.      Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan  dan untuk mengikuti hokum-hukum agam dengan kecintaan dan kerelaan.
e.       Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada alqur’an membacanya dengan baik, memahaminya , dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
f.       Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan islam dan pahlawan-pahlawannyadan mengikuti jejak mereka.
g.      Menumbuhkan rasa  rela, optimism, kepercayaan diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong atas kebaikan dan taqwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar berjuang untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip , berkorban untuk agama dan tanah air dan siap untuk membelanya.
h.      Mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya dengan akidah nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan motivasinya, mengatur emosi dan membimbingnya dengan baik. Begitu juga mengajar mereka berpegang dengan adabsopan pada hubungan dan pergaulan mereka baik dirumah , sekolah atau dimana saja.
i.        Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka perasaan keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta , zikir, takwa, dan takut kepada allah.
j.        Membersihkan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran, kezaliman, egoisme, tipuan, khianat, nifak, perpecahan, dan perselisihan. (Nahlawy,1963:163-164: A – Masri, 1965:244-245)
Ibnu Khaldun membagi tujuan-tujuan pendidikan islam kepada :
a.       Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan
b.      Menyiapkan seseorang dari segi akhlak
c.       Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
d.      Menyiapkan seseorang dari segi vokalsinal atau pekerjaan
e.       Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran
f.       Menyiapkan seseorang dari segi kesenian



E.     KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AL-QUR’AN[10]
            Merujuk kepada informasi Alqur’an, pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai pendidik yang Maha Agung . Secara garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah mempertemukan pengaruh dasar sebagai pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan pengaruh pendidikan diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang berproses kearah pembentukan kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu pendidikan dalam islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan  kepribadian yang utuh dan bulat. Konsep pendidikan islam yang mengacu kepada ajaran alqur’an, sangat jelas terurai dalam kisah Luqman.
              Dr. M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar menukil beberapa ayat Alqur’an dalam surah Luqman. Beliau mengatakan, ada tiga kaidah asasi pendidikan dalam Islam menurut Alqur’an yang dijalankan oleh Luqman kepada anaknya. Seperti diketahui, Luqman diberikan keutamaan Allah berupa hikmah, yaitu ketepatan bicara, ketajaman nalar dan kemurniaan fitrah. Dengan keistimewaannya tersebut, Luqman ingin mengajari anaknya hikmah dan membesarkannya dengan metode hikmah itu pula.
            Kaidah pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi dasar , yaitu penanaman keesaan Allah, kelurusan akidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-Nya. Kalimat tauhid adalah focus utama pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman, tak ada pula akhlak, interaksi sosial dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus pula lah aspek kehidupannya. Mengapa? Sebab iman selalu diikuti oleh perasaan introspeksi diri dan takut terhadap Allah. Dari sinilah Luqman menegaskan hal itu kepada putranya dengan berkata , “ Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus Lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 31: 61)
            Seorang Mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satupun yang bisa disembunyikan dari Allah . Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam lipatan hati manusia . Dari sinilah ia akan melakukan seluruh amal dan aktivitasnya semata untuk mencari ridha Allah tanpa sikap ria atau munafik dan tanpa menyebut-nyebutnya ataupun menyakiti orang lain.
            Kaidah kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia memerintahkan anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar, serta menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh di tinggalkan selama masih berakal baik. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan istilah untuk kritik konstruktif rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada sesama, bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau ghibah. Umat Islam telah di istimewakan dengan tugas amar ma’ruf nahi munkar ini melalui firman-Nya , “ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. 3: 110)
            Sabar itu bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan itu di tunaikan. Ada sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari, dan adapula sabar atas kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha dan tenang. Seorang yang beriman berada diposisi antara syukur dan sabar. Dalam kemudahan yang diterimanya, ia pandai bersyukur sedangkan dalam setiap kesulitan yang dihadapinya , ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
            Kaidah ketiga adalah etika sosial. Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab yang luhur serta keutamaan-keutamaan adiluhung. Luqman menggambarkan hal itu untuk putranya  dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta perintah untuk tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat dalam berjalan, dan merendahkan suara. Seorang muslim perlu diingatkan untuk tidak boleh menghina dan angkuh. Sebab, semua manusia berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai yang busuk. Dan ketika hidup pun , ia kesakitan jika tertusuk duru dan berkeringat jika kepanasan.
            Sebenarnya pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya untuk menjaga anak keturunan agar memiliki kualitas iman yang prima, amal sempurna dan akhlak paripurna. Karena itu, tanpa banyak di ketahui, di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk mendapatkan kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan belum terlahir. Apa buktinya ?
Manhaj Islam menggariskan bahwa sebaik-baik kriteria dalam memilih pasangan hidup adalah faktor agama, bukan karena paras muka dan kekayaannya. Sebab, di yakini calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang baik tentu akan melahirkan anak-anak yang juga baik di dalam ajaran islam, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Keduanya bekewajiban mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa ,” Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari).
Kewajiban ini juga di tegaskan dalam firman-Nya , “ Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki mu, Kamilah yang member rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalh bagi orang yang bertakwa.” (Q.S. 20: 132). Dalam ayat lain, “ Hai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan. (Q.S. 66:6)
            Dalam Islam pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep belajar atau pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat.. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa di korelasikan dengan kebutuhan lingkungan dan lingkungan di jadikan sebagai sumber belajar. Seorang peserta didik yang di beri kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin. Firma Allah (Q.S Al-Baqarah 30) menyatakan ,” sesungguhnya aku jadikan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di atas bumi.” Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah berfirman ,” Hendaklah ada diantara kamu suatu umatyang mengajak kepada kebajikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. 3 : 104)
            Konsep pendidikan dalam islam menawarkan suatu system pendidikan yang holistik dan memposisikan agama dan sains sebagai sesuatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain yang secara umum ditunjukkan dalam do’a Rasulullah , “ ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku serta karuniakanlah padaku ilmu yang bermanfaat,”. Dari do’a tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah ,” iman itu bagaikan badan yang masih polos, pakaiannya adalah takwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.”
            Pemisahan dan pengontakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan  kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran , sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama dan akhlak atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak.
            Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosuf dan ilmuwan islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani, dimana manusia mempunyai kecenderunganuntuk menuju kearah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi  dilain pihak manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami semesta alam serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang (yang merupakan cirri khas sains).
            Alqur’an berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal manusia untuk melihat kemahakuasaan-Nya Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan langit bumi. Banyak ayat-ayat alqur’an yang berisikan tentang kejadian alam di sekitar kita yang menuntut pemhaman dengan sains atau akal manusia, karena itu seorang muslim juga diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah satu pembuktiaan kekuasaan Allah di samping ayat-ayat qauliyah. Karenanya konsep pendidikan dalam islam menurut alqur’an pun tidak hanya berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja.   




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Dalam Islam pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep belajar atau pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat.. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa di korelasikan dengan kebutuhan lingkungan dan lingkungan di jadikan sebagai sumber belajar. Seorang peserta didik yang di beri kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin.

B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Aamiin …


DAFTAR PUSTAKA
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. II

Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya (UU RI No. 2 Thn. 1989) ( Jakarta: Sinar Grafika, 1993), cet. IV

Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa, 1962)

Hanus, Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam. ( Logos Wacana Ilmu: Jakarta, 1999)

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. (PT Rosdakarya: Bandung, 2001 )

Hamdani Ihsan dan H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam ( CV: Pustaka Setia : Bandung, 2001






[1] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. II, hlm. 250.
[2] Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya (UU RI No. 2 Thn. 1989) ( Jakarta: Sinar Grafika, 1993), cet. IV, hlm. 3).
[3] Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa, 1962), hlm. 14-15.
[4] Hanus, Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam. ( Logos Wacana Ilmu: Jakarta, 1999) hlm 12
[5] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. (PT Rosdakarya: Bandung, 2001 ) hlm 36
[6] Ibid,
[7] Ibid,
[8] Hamdani Ihsan dan H.A. Fuad  Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam ( CV: Pustaka Setia : Bandung, 2001) hlm 15-16
[9] http://sartikahinata.wordpress.com/2013/02/15/konsep-tujuan-pendidikan-islam.html
[10] http://armangeofrey.blogspot.com/2013/01/konsep-pendidikan-islam-menurut-Alqur’an.html

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates