Rabu, 14 September 2016

Tugas Individu Sejarah Peradaban Islam

TUGAS INDIVIDU
DALAM MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERAN INDIVIDU MUSLIM DALAM PERDABAN ISLAM MASA DEPAN
DOSEN PEMBIMBING : DINY MAHDANI, S.H.I, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
NAMA : ERNI APRILIANI
NIM : 2012121627
LOKAL : D

        JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi taufik serta hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah yang sangat sederhana ini dengan judul “ Peran Individu Muslim Dalam Peradaban Islam Masa Depan ’’.
Pada kesempatan ini pula tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Diny Mahdani, S.H.I, M.Pd.I selaku dosen pengasuh Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah mendukung selesainya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tiada gading yang tak retak. Penulis hanyalah manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kehilafan, kritik dan saran yang bersifat positif sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan berpikir kita semua.
Amin yaa rabbal alamin.
Kandangan, 09 Desember 2013

Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
PENGERTIAN PERADABAN .......................................................... 3
UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PERADABAN ............................. 3
PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI INDIVIDU MUSLIM ................ 6
PERAN INDIVIDU MUSLIM TERUTAMA PEMUDA DALAM PERADABAN ISLAM MASA DEPAN ............................................ 9
BAB III : PENUTUP ................................................................................................ 24 A. SIMPULAN ........................................................................................... 24 B. SARAN ................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR PUSTAKA
http://www.islamquest.net/peran-islam-dalam-kemajuan-peradaban diakses tanggal 4 Desember 2013
Rahma, Indah. http://indahzaida.blogspot.com/2013/10/peran-intelektual-muslimah-untuk.html diakses tanggal 4 Desember 2013
Herman. http://meurunoeilmeepengetahuan.blogspot.com/2012/12/peran-pemuda-dalam-islam.html diakses tanggal 4 Desember 2013
Helmi, Ardiles. http://ardileshelmi18.blogspot.com/2012/03/peran-pemuda-islam-dalam-perkembangan-kebudayaan-dan-peradaban-islam.html diakses tanggal 4 Desember 2013
http://penulismuda.multply.com/journal/item/90
Sahabattarbawi . http://tarbawionthemove.wordpress.com/2009/01/06/peran-pemuda-islam.html di akses tanggal 4 Desember 2013
Abdullah ,Aba. http://www.al-ikhwan.net/peranan-pemuda-dalam-islam-1-pemuda-sebagai-generasi-harapan-islam-30.html
http://mujahidbasit.blog.friendster.com/2008/10/peran-pemuda-muslim.html
Fyqry. http://fyqry77comicsans.blogspot.com/peran-pemuda--muslim-di-era-kebangkitan-peradaban-islam.html diakses tanggal 4 Desember 2013
Amsyari, Fuad. http://fuadamsyari.wordpress.com/2009/07/28/menjadi-individu-muslim-yang-dicita-citakan-tanggung-jawab-siapa/ diakses tanggal 4 Desember 2013

BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban pada setiap bangsa merupakan tanda-tanda kemajuan dan perkembangan bangsa tersebut. Histori terbentuknya peradaban di negara-negara Islam adalah bermakna bahwa mereka memiliki produksi pemikiran, kekayaan, saham dan juga kudrat dan kekuasaan. Karena jika selain ini yang terjadi, maka peradaban tidak akan terbentuk. Peradaban adalah dengan makna penerimaan untuk menempati kota, penerimaan sistem, hukum dan seluruh prinsip-prinsip sosial dan kerjasama satu sama lain pada individu-individu masyarakat.
Untuk membentuk sebuah peradaban terdapat berbagai anasir yang berpengaruh, di antaranya adalah: ilmu, sistem, keamanan, kooperasi, kerjasama, dan sebagainya, yang dalam agama Islam, telah banyak ditegaskan baik dalam al-Quran maupun dalam riwayat-riwayat dan sirah para Imam Maksum As, unsur-unsur yang akan membentuk peradaban, dan pada hakikatnya dapat dikatakan, agama Islam merupakan sebuah agama pembentuk peradaban.
Sejarah mencatat, peradaban Islam pada masa lalu tak lepas dari peran ulama, yaitu mereka yang berilmu, mencintai ilmu, dan menebarkan ilmu dengan landasan kalimat thayyibah. Sehingga ilmu yang didapat bisa menguatkan ketakwaan, bukan memunculkan sikap ketakabburan. Jika ilmu sudah menuntun mereka pada ketakwaan, maka Allah berjanji akan senantiasa memberikan ilmu-Nya dan mengajarkan ilmu-Nya yang lebih luas lagi (QS.Al-Baqarah:282). Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan,”Cukuplah ilmu membawa ketakutan kita kepada Allah...”
Umat membutuhkan intelektual yang sanggup berdiri di hadapan para penjajah untuk membela mereka dengan pengetahuan yang benar. Umat membutuhkan intelektual yang berani berkorban, berani mengungkapkan kebenaran. Umat membutuhkan intelektual sejati yang memahami ideologi Islam dan bersama umat memperjuangkan penegakannya.
Pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Berbicara masalah pemuda berarti berbicara tentang masa depan. Karena pemuda adalah generasi pewaris yang akan mengganti estafet kepemimpinan sebuah generasi baik dalam keluarga, kelompok, organisasi, bangsa dan negara.

BAB II
PERAN INDIVIDU MUSLIM DALAM PERADABAN ISLAM MASA DEPAN

PENGERTIAN PERADABAN
Peradaban berasal dari sebuah kosa kata Arab “tamaddun.” Akar kata tamaddun adalah mu-du-n, dan maknanya adalah penerimaan untuk menempati kota, berbaur dengan adab-adab dan akhlak warga, penerimaan sistem, hukum dan seluruh tingatan masyarakat, serta kerjasama individu-individu masyarakat antara satu dengan yang lainnya dalam berbagai persoalan sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Dalam kitab lainnya, peradaban didefinisikan demikian, berbaur dengan akhlak masyarakat yang menempati kota, mengalami perubahan dari kejahilan dan ketidaktahuan menuju keinsanan.
Will Durant, salah satu dari ilmuwan besar Perancis, dalam mendefinisikan peradaban berkata, “Peradaban secara global berarti keteraturan sosial dimana hasil dari keberadaannya adalah terdapatnya penerimaan kreatifitas budaya dan ditemukannya arus. Dalam peradaban, terdapat tiga rukun dan unsur asasi, yaitu: prediksi dan kehati-hatian dalam persoalan ekonomi, organisasi politik dan tradisi akhlak serta upaya dalam mengenal seni. Kelahiran peradaban akan diterima saat terdapat kemungkinan berakhirnya segala kekacauan dan keputusasaan, yaitu saat hilangnya ketakutan sehingga rasa penasaran dan kebutuhan terhadap peletakan dan penemuan akan berfungsi dan manusia akan pasrah terhadap instinknya yang akan mendorongnya secara alami dalam perjalanan mencari ilmu, makrifat dan dalam mempersiapkan sarana-sarana untuk memperbaiki kehidupan.

UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PERADABAN
Untuk membentuk sebuah peradaban terdapat berbagai unsur yang akan memberikan pengaruh.
Ilmu
Ilmu merupakan salah satu dari rukun yang terpenting dalam pembentukan peradaban. Ilmu dalam Islam memiliki urgensitas yang teramat tinggi. Dalam al-Quran banyak ditekankan tentang ilmu,“Apakah mereka yang mengetahui dengan mereka yang tidak mengetahui adalah sama dan sejajar?”
Dalam riwayat-riwayat terdapat banyak penegasan terhadap masalah ini. Imam Ali As bersabda, “Wahai menusia! Ketahuilah bahwa agama akan dikatakan sempurna dan benar ketika engkau mempelajari ilmu dan ilmu itu sendiri yang akan bekerja. Ketahuilah bahwa mencari ilmu itu lebih wajib daripada mencari kekayaan.” 
Sistem dan Keteraturan
Yang dimaksud dengan keteraturan adalah menempatkan segala sesuatu di tempatnya yang sesuai sedemikian hingga tercipta keharmonisan dan keterikatan, mendorong sebuah rangkaian ke arah tujuan yang sama. Seluruh nabi dari awal hingga Nabi Pamungkas Saw telah banyak menjelaskan tentang aturan-aturan individu dan sosial untuk menciptakan keteraturan sosial. Mereka banyak menjelaskan tentang aturan-aturan individu dan sosial, sebuah aturan yang menjelaskan kewajiban manusia terhadap diri, keluarga, masyarakat, sesama, lingkungan hidup dan para penguasa. Masalah-masalah  ini mempunyai urgensi yang sangat penting dalam membentuk peradaban.
Keamanan (sekuritas): 
Dengan makna damai dan perasaan tenang yang dihasilkan di bawah naungan pemerintah, penguasa, konstitusi dan keteraturan, dan selama unsur ini tidak dihasilkan maka tidak akan mungkin tercipta peradaban. Ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan keamanan ekonomi, moneter dan jiwa, seperti yang terlihat pada ayat-ayat qishash, pencurian, dan ayat-ayat yang berkaitan dengan penjagaan harga diri para mukmin, merupakan aturan-aturan kuat yang menjadi penjamin keamanan masyarakat.
Kesatuan (unitas) dan Kerjasama (korporasi): 
Unsur ini mempunyai peran yang sangat besar dalam kemajuan peradaban, sedemikian sehingga jika kita menafikan kerjasama manusia, maka masyarakat akan menjadi lemah dan akan berakhir pada primitivisme. Madani dan peradaban di bawah naungan sosial dan masyarakat akan terwujud dengan adanya keterikatan hukum. Al-Quran secara tegas mengajak manusia kepada kesatuan, solidaritas, ketaatan pada para penguasa Ilahi, dan melarang masyarakat dari perpecahan supaya bisa sampai pada kemajuan dan perkembangan, “Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai ...” dan seluruhnya harus memegang tali-tali Allah (al-Quran dan Islam dan segala bentuk sarana kebersatuan) dan janganlah kalian bercerai berai! 
Selain faktor-faktor di atas, juga terdapat faktor-faktor lain yang bisa disebutkan di antaranya, kesejahteraan nisbi dan pandangan supra etnik, etika, kesabaran dan lain sebagainya yang memberikan pengaruh dalam pembentukan peradaban.
Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas dapat dikatakan bahwa tanpa unsur-unsur ini tidak akan ada harapan untuk sebuah peradaban dan siapapun yang memiliki kajian sedikit dalam Islam, akan mengetahui bahwa agama Islam, baik dalam al-Quran maupun dalam riwayat serta sirah para Imam Maksum banyak menegasakan unsur-unsur pembentuk peradaban, sedemikian hingga tidak bisa ditemukan sebuah agama pun yang memberikan penegasan seperti ini atas anasir di atas sebagaimana Islam.
Dengan mengkaji secara ringkas mengenai literatur pemikiran Islam, yaitu al-Quran, Rasulullah Saw dan para Imam Maksum Aimmah As, dapat disimpulkan bahwa Allah dan para wali-Nya, senantiasa mengajak, bukan hanya kepada orang-orang beriman, melainkan juga mengajak para kafir, musyrik dan bahkan pengikut agama-agama lainnya untuk memanfaatkan kecerdasan dan akal, sedemikian sehingga Allah Swt tidak meminta para orang beriman untuk memiliki keimanan yang mengekor, melainkan harus menganggap tauhid sebagai dasar iman yang merupakan hasil kontemplasi dan ilmu.”

PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI INDIVIDU MUSLIM
Sebagaimana sudah sering dijelaskan bahwa agama Islam memberi tuntunan hidup kepada manusia dalam bentuk kehidupan duniawi yang utuh, apakah  sebagai individu, keluarga, maupun  sistem sosial (tatanan bangsa-negara). Seorang ‘individu’ yang dalam kehidupan pribadinya menerapkan syariat terkait dengan masalah pribadi disebut sebagai Individu yang Islami. Sebuah ‘keluarga’ yang menerapkan syariat terkait dengan pengaturan keluarga disebut sebagai Keluarga yang Islami. Sebuah ‘bangsa-negara’ sebagai tatanan sosial yang menerapkan syariat terkait dengan pengelolaan bangsa-negara disebut sebagai Bangsa-negara yang Islami. Dalam sebuah keluarga Islami bisa saja tinggal individu anggota keluarga yang tidak muslim. Dalam sebuah bangsa-negara yang dikelola secara Islami juga bisa  tinggal individu-individu dan  keluarga-keluarga  yang tidak Islami. Dalam masa hidupnya setiap orang bisa berada di mana saja, bersama siapa saja, berperan sebagai apa saja. Agama Islam memberi tuntunan cara hidup yang benar dan baik untuk tiap individu orang per orang tersebut.
Ciri-ciri individu muslim yang islami :
Individu itu melakukan ritual Islam secara tertib.
Shalat fardhunya dilakukan teratur, syukur jika ditambah dengan shalat sunnat. Puasa Ramadhan dilakukan dengan benar, syukur jika ditambah dengan puasa sunnat di bulan-bulan lain. Zakatnya dibayar penuh, syukur jika dia banyak memberi lebih dalam bentuk shadaqah dan infaq. Jika sudah memenuhi persaratan dia juga menunaikan ibadah haji, syukur jika ditambah dengan melakukan ibadah umrah. Nikahnya juga sesuai tuntunan agama Islam. Doa, dhikir, dan lain ibadah ritual dilakukan semaksimal mungkin, namun tentu  semua ritual itu tidak boleh keluar dari ajaran Islam yang baku, bukan sesuatu yang bersifat bid’ah (mengada-ada, diluar ajaran Rasulullah).
Dalam berhubungan dengan orang lain maka individu itu memiliki akhlak yang mulia.
Beberapa bentuk akhlak baku yang harusnya dipenuhi  seorang individu muslim antara lain: berlaku jujur, amanah, menepati janji, tepat waktu, berkata benar, sopan-santun, dan suka menolong orang lain. Akhlak mulia pada dasarnya bisa diukur jika individu itu membuat orang lain senang dengan kehadirannya, tidak terganggu oleh perilakunya, dan kehidupannya bermanfaat untuk orang lain.
Agama Islam mewajibkan individu itu melaksanakan sebaik-baiknya tanggung jawab yang diembannya sesuai tuntunan Islam.
Setiap individu tentu memiliki suatu peran dalam kehidupan sosialnya, seperti misalnya peran sebagai ayah, ibu, anak, majikan, karyawan, guru, murid, pejabat, warga-negara, dan sebagainya.Individu harus melakukan kewajiban sosialnya secara penuh terkait dengan peran yang dipegangnya itu, bahkan kalau mungkin bisa berprestasi melebihi tugas kewajiban yang menjadi tanggung-jawabnya. Dalam melaksanakan kewajibannya tersebut seorang individu tidak boleh melanggar ajaran Islam terkait dengan peran dan tanggung jawab tersebut. Seorang individu yang misalnya menjadi seorang ayah tentu dibebani untuk melaksanakan tugas sebagai ayah sesuai dengan ketentuan Islam terkait peran ayah. Begitu pula peran sebagai majikan dalam sebuah perusahaan, atau peran sebagai pejabat dalam suatu sistem pemerintahan.
Setelah individu itu melakukan ibadah mahdhah (ritual) sesuai ajaran Islam, berakhlak baik dalam pergaulan sosial, menunaikan kewajiban yang dia emban dalam kehidupan kemasyarakatannya, maka setiap individu muslim diwajibkan pula untuk melakukan Jihad Islam.
Makna jihad Islam itu luas, tidak hanya perang fisik melawan musuh yang memerangi Islam. Makna jihad Islam esensinya adalah setiap kegiatan yang bersifatmembela, melindungi, dan menyebarkan agama Islam. Tidak seorang muslimpun bebas dari kewajiban jihad Islam ini, sebagaimana sabda nabi yang menegaskan bahwa  siapapun muslim itu wajib menyampaikan ke orang lain kebenaran Islam walau dia  hanya tahu sebuah ayat. Jika individu itu memiliki kemampuan orasi yang baik maka jihad tersebut bisa berbentuk ceramah atau dakwah bil lisan. Jika seseorang memiliki kemampuan menulis yang baik maka jihad itu bisa dilakukan melalui tulisan-tulisannya yang bersifat memperjuangkan agama Islam. Jika dia memiliki kewenangan membuat kebijakan publik seperti pejabat negara misalnya maka dia wajib membuat langkah dan kebijakan sosial yang sesuai dengan syariat Islam dan bahkan mengarah  untuk memajukan agama Islam. Begitu seterusnya, apakah aktifitas individu muslim itu berupa ucapan, tulisan, perbuatan, membuat kebijakan, dan lain-lain nya maka tindakan individu tersebut harus mengandung  pembelaan dan penyebaran agama Islam.
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa apabila seseorang melihat suatu kemungkaran maka dia wajib mengoreksinya dengan tindakan atau kebijakan sosial, jika tidak mampu berbuat begitu maka dia harus mengoreksinya dengan lisan berupa teguran atau nasehat, dan jika dia masih tidak mampu menegur atau menasehati dengan lisan maka dia diwajibkan tidak boleh meniru dan tetap teguh dalam hati menentang kemungkarann tersebut, walau bentuk respon yang ketiga ini berarti menunjukkan adanya   keimanan Islam pada dirinya  yang amat rendah kualitasnya.
Keempat ciri individu muslim yang diuraikan di atas berlaku secara serentak, tidak boleh bertahap. Seorang muslim sekaligus dia harus menjalankan ibadah ritual Islam, berakhlak baik sesuai tuntunan Islam, menunaikan kewajiban sosialnya menurut ajaran Islam, dan melakukan jihad Islam. Keempat sikap dan tindakan seorang muslim yang digambarkan tersebut menunjukkan adanya keutuhan Islam (kaffah) dalam diri individu muslim itu.
Pada saat yang bersamaan seorang individu muslim juga harus selalu berusaha untuk  meningkatkan kualitas individualnya agar keempat bentuk perilaku di atas juga semakin berbobot. Upaya perbaikan kualitas individu muslim yang dimaksud adalah: meningkatkan ketaqwaan qalbunya, kecerdasan-keilmuannya, dan kemampuan fisik-jasmaniahnya. Seorang individu muslim yang kokoh di cita-citakan adalah jika dia kokoh keimananan-ketaqwaan di dalam qalbunya, cerdas dan kuat keilmuan-teknologi-ketrampilan kerjanya, serta sehat  jasmaniahnya, bagus kemampuan finansialnya, dan besar pengaruh/kemampuan sosial yang dipunyainya. Dengan bekal berbagai kemampuan yang prima tadi maka seorang individu muslim diharapkan akan besar pula prestasinya dalam membawa kemanfaatan atau kemashlahatan pada umat manusia.

PERAN INDIVIDU MUSLIM TERUTAMA PEMUDA DALAM PERADABAN ISLAM MASA DEPAN
Pemuda dengan segala kelebihan dan kekurangannya merupakan tiang masa depan yang amat potensial. Pemuda adalah kekuatan yang memotori kemajuan bagi peradaban manusia, sebab energi dari pemuda maha kuat pancarannya di tengah-tengah dunia. Karenanya masa muda adalah masa yang paling produktif. Mengingat pentingnya arti masa muda inilah, maka tidak mengherankan bila seluruh perhatian terkonsentrasi pada pergerakan destruktif atau organisasi-organisasi di dunia untuk mengeksploitasinya. Sebab setiap perubahan yang terjadi pada kalangan pemuda adalah perubahan yang terjadi terhadap kebudayaan dan peradabannya.
Kebudayaan dan peradaban merupakan gambaran dan kilasan yang dapat mengantarkan kita dalam mengenal dan memamahami sebuah asal, sejarah, perubahan dan perkembangan. Kebudayaan dan peradaban memiliki posisi penting dalam mengamati perkembangan dunia dan peran pemuda Islam saat ini. Adapun pengertian kebudayaan menurut Sidi Gazalba (1962) mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan manifestasi dari ruh, zauq, iradah dan amal (cipta, rasa, karsa, dan karya) dalam seluruh segi kehidupan insan sebagai fitrah, ciptaan, dan karunia Allah SWT. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dipahami bahwa kebudayaan muncul dari pengarahan semua potensi yang diberikan Allah SWT kepada Manusia. Tanpa ada anugrah potensi Allah SWT. Manusia tidak akan mampu melahirkan kebudayaan yang sesuai dengan fitrahnya. Selanjutnya istilah peradaban tidak diambil dari kata adab, karena kata adab dalam bahas Arab berarti sastra melainkan kata al-haadharah  yang setara dengan  civilization dalam Bahasa Inggris. Pengertian peradaban cenderung pada suatu kebudayaan yang maju dan kompleks (Badri Yatim, 2002:2). Peran pemuda Islam sangat diharapkan dapat menegakan, mempertahankan  dan menegakan kebudayaan dan peradaban Islam saat ini.
Islam adalah agama yang langsung dari Allah SWT. Berdasarkan tuntunan-Nya yang dibawa oleh Rasulullah, bukan dari cipta, rasa dan karsa manusia. Jadi, kebudayaan dan peradaban Islam selalu terkait dengan nilai-nilai ilahiyah  yang bersumber dari ajaran kitab suci Al-Qur’an dan hadist serta ajtihad sehingga dapat dipahami bahwa kebudayaan Islam itu adalah implementasi dari Al Qur’an dan sunnah olehumat Islam dalam kehidupannya baik dalam bentuk pemikiran, tingkah laku maupun karya untuk kemaslahatan umat manusia dalam rangka mendekatkan diri (taqurub) kepada Allah SWT demi mencari kerdihaan-Nya. Agama Islam melahirkan dan mendorong manusia untuk melahirkan, mengembangkan dan memelihara kebudayaan dan peradaban. Adanya prinsip-prinsip dasar dan acuan norma ekonomi, politik, sosial, kemasyrakatan, seni dan termasuk kerja atau amal serta imu pengetahuan dari wahyu Allah SWT.  Islam memiliki konsep original tentang berbagai aspek kebudayaan, baik itu berupa sikap, tingkah laku, pergaulan dan gaya hidup. Contoh yang paling mudah seperti budaya berpakaian dalam Islam yang menekankan pada dua aspek, yaitu sitrulautrat adalah berpakaian yang menutup aurat dan libasutttaqwa adalah pakaian yang memelihara rohani dan jasmani serta budaya persaudaraan yang menyuruh mencintai dan menyayangi orang lain seperti mencintai diri sendiri.
Kebudayan dan peradaban Islam lahir dari pengalaman umat terhadap agama Islam itu sendiri. Bahkan dari penjelasan tentang pengertian kebudayaan dan peradaban memberikan pemahaman bahwa sebuah kebudayaan dalam Islam muncul dan tercipta karena adanya potensi dan pedoman hidup yang diberikan oleh  Allah SWT dengan melakukan berbagai aktivitas yang shaleh untuk memenuhi kebutuhan hidup akhirnya tercapai kebahagia hidup di dunia dan di akhirat. Upaya manusia mempelajari sumber ajaran Islam akhirnya melahirkan gagasan atau ide, melakukan berbagai aktivitas dan menghasilkan banyak karya. Namun Islam tetap mengarahkan semua ide, kelakuan dan karya tersebut tetap dalam tuntunan dan menurut aturan Allah SWT sehingga semua bernilai pengabdian kepada-Nya.
Perwujudan kebudayaan dan peradaban dalam Islam tetap berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terdapat di dalam ajaran agam Islam. Sebab, kehidupan, kekuasaan yang diberikan dan keberadaan alam ini adalah fasilitas bagi umat manusia yang diberikan oleh Allah SWT untuk dikelolah, dijaga dan dilestarikan. Prinsip dasar yang membedakan antara kebudayaan secara umum dengan kebudayaan Islam terletak pada sumber yang menjadi pijakan atau pedoman umat. Kebudayaan secara umum merupakan hasil produk manusia semata, sementara kebudayaan Islam hasil produk manusia yang prinsip dasarnya ditentukan dan ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan sunnah. Di antara prinsip-prinsip kebudayaan dan peradaban Islam itu adalah sebagai berikut:
Allah SWT sebagai sumber dan tempat kembali segalanya (Q. S 30:11).
Allah SWT sang pencipta Semuanya (Q.S 23:62).
Semua mkhluk punya ketergantungan kepada khaliknya (Q.S 112 : 2 dan Q.S 11:6).
Allha mengangkat manusia sebagai khalifah di bumi (Q.S 2:30 ).
Manusia diberi potensi yang lebih dari makhluk lainnya ( Q.S 45: 13).
Manusia dituntut pertanggungjawaban atas amanah yang telah diberikan Allha SWT kepadanya (Q.S 102: 8).
Keenam prinsip dasar itu secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia diberi fasilitas dan tanggung jawab untuk melakukan berbagai hal dalam kehidupan. Dengan adanya fasilitas dan tanggungjawab itu akan melahirkan motivasi dalam diri setiap manusia dan termasuk peran pemuda Islam untuk berpikir, melakukan inovasi sehingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat bagi Umat Islam yang memiliki misi menjaga, menyebarkan (dakwah) dan mempetahankan kebudayaan Islam. Pada puncak manusia akan membentuk dan memiliki kebudayaan. Kebudayaan itu akan terus berkembang dengan seiringnnya waktu dan diikuti dengan perkembangan pemikiran manusia.
Enam prinsip dasar kebudayaan tersebut sekaligus menjadi indikator dari kebudayaan Islami yaitu sebagai berikut :
Dibangun atas dasar nilai-nilai ilahiah.
Sesuai dengan fitrah manusia dan sekaligus sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia.
Sasaran kebudayaan dan peradaban adalah kebahagian manusia di dunia dan akhkirat, keseimbangan alam dan penghuninya.
Manusia dituntut untuk selalu memaksimalkan usaha berpikirdan gagasan ide dalam berbuat serta berkarya.
Keseimbangan dan kesejahteraan individu, social, dan antara makhluk lain dengan alam semesta merupakan cita tertinggi dari sebuah kebudayaan.
Berdasarkan prinsip-prisnsip dasar kebudayaan  tersebut Islam berperan sebagai implikasi dari nilai-nilai yang diyakini dan diamalkan, serta sesuai dan terkait dengan yang bersumber dari wahyu Allah SWT, bukan dari hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu kajian kebudayaan membahas manusia dari berbagai aspek, maka agama dimasukan dalam bagian kebudayaan. Hal ini terjadi, karena kebudayaan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Apabila kebudayaan  adalah implikasi atau terlahir dari keyakinan atau pengamalan agama, maka apapun yang dilakukan Umat Islam seharusnya berpedoman pada ajaran agam Islam. Di dalam Al Qur’an  Allah SWT  telah menjelaskan berbagai aspek  kehidupan manusia itu sendiri seperti ekonomi, sosial, politik, hukum, seni, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya. Peran pemuda Islam sangat diharapkan dan memilik peran penting dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Perkembangan kebudayaan akan menciptakan sebuah peradaban. Kebudayaan yang maju dan berkembang akan menentukan sebuah peradaban bangsa atau umat Islam kedepannya. Dalam perkembangan zaman ini pemuda Islam menjadi agen memiliki peran penting dalam menyampaikan dan menyeruhkan kebenaran demi perbaikan atau revolusi akhlak serta berkaitan dengan kebangkitan Islam dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Maka pemuda Islam memiliki peran penting untuk mempertahankan kebudayaan dan peradaban Islam.
Ibnu Jauzy  menuliskan dalam kitabnya (Shifatush Shofwan, jilid. IV, hal. 24) “Wahai para pemuda, kerahkan potensi dirimu selagi masih muda karena belum pernah aku lihat karya yang paling berharga selain yang dilakukan oleh para generasi muda”. Ibnu Jauzy dalam tulisannya memiliki harapan besar terhadap peran pemuda, begitu juga dengan Founding Father  Negara Indonesia. Ir. Soekarno, M. Hatta, dan para pejuang kemerdekaan terdahulu, yang memiliki harapan besar terhadap peran pemuda dalam mempertahankan dan memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemuda meraih ketinggian itu atas dasar kesadaran yang tertanam dalam benaknya bahwa masa muda adalah masa yang paling menentukan dalam meniti langkah berikutnya. Akan tetapi situasi yang kita lihat saat ini menampakkan perbedaan yang cukup mencolok di banding dengan periode sebelumnya.
Di zaman modern ini tidak jarang para generasi mudanya terbuai dalam impian-impian kosong, terpedaya oleh gemerlapnya duniawi yang semu dan menjadi propaganda-propaganda utama perzinaan. Para pemuda tidak mempunyai aktifitas yang mengarah pada kebaikan dunia dan akhirat selain hanya hura-hura memperturutkan hawa nafsunya, melakukan pergaulan bebas, konsumtif, hedonisme (bermegah-megah),boros, dan akhlak dan kelakuan yang mulai rusak. Hal ini merupakan pengaruh dari kebudayaan Barat atau kaum musyrik yang mulai diserap dan dicontoh oleh Umat Islam dan khususnya pemuda Islam. Pada akhirnya tidak ada lagi para pemuda yang akan menjalankan dan berusaha menegakan Kebudayaan dan peradaban Islam. Peran pemuda Islam pada saat ini yaitu berusaha mempertahankan dan melakukan perubahan pola pikir dan keyakinan dalam menjalankan segala syariat Islam. Perubahan yang di maksud juga pernah terjadi pada zaman Rasulullah Saw, di mana beliau lebih memusatkan dakwahnya kepada pemuda dari usia 8 hingga 40 tahun. Sehingga Rasulullah Saw pun bersabda, “Perjuanganku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu wasiat yang baik untuk mereka”. Pada akhirnya ditangan pemudalah berdiri Daulah Islamiyah dan pemuda menjadi pemimpin bagi dunia dan mengaturnya dibawah panji-panji Islam. Sesungguhnya jihad pemuda bagaikan kekuatan yang bergelora, sebab mereka akan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru yang baik, mewujudkan cita-cita yang tak akan pernah sanggup dicapai oleh orang-orang yang lemah dan tidak memiliki semangat (Imam Hasan Al Banna). Dalam hal ini, Imam Asy Syahid Hasan Al Banna pernah berkata, “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang didalamnya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan siap untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini yakni; (1) Keimanan, (2) Keikhlasan, (3) Semangat, dan (4) Amal, merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah hati yang peka, dasar keikhlasan adalah hati yang jernih, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah tekad yang membaja. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dahulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan setiap umat, rahasia kekuatan pada setiap kebangkitan, dan pembawa bendera setiap fikrah. ‘ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk’. (QS. Al Kahfi: 13)”. (Prof. Dr. Abdul Hamid Al Ghazali, Pilar-Pilar Kebangkitan Umat, hlm. 57)
Dengan demikian pemuda telah mengikrarkan dirinya untuk sebuah kebangkitan atau kemunduran sebuah kebudayaan dan peradaban Islam. Dalam sejarah dunia, pemuda terus-menerus mempelopori aksi-aksi yang mengundang decak kagum sampai hinaan yang paling hina, demikian pula terjadi pada sejarah Islam yang melahirkan mujahid-mujahid muda unggul dalam setiap tahun dan abad. Nabi Muhammad SAW ketika diangkat Rasul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang utama adalah pemuda. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, masing-masing berumur 8 tahun.
Thalhah bin Ubaidillah (11).
al Arqam bin Abil Arqam (12).
Abdullah bin Mas’ud (14).
Sa’ad bin Abi Waqash (17).
Umar bin Khatthab (26).
Ja’far bin Abi Thalib (18).
Zaid bin Haritshah (20).
Mushab bin Umair (24).
Abu Bakar Ash Shiddiq (37).
Hamzah bin Abdul Muthalib (42).
dan sebagainya. Dikalangan  perempuan diantaranya Siti Khadijah, Siti Aisyah, Fatimah bin Khatthab, Sumayyah bin Khayyat, dan banyak lagi yang lainnya.
Selain itu generasi selanjutnya dapat kita lihat contohnya, Imam Syafi’i telah hafal Al Qur’an pada umur 9 tahun dan mulai diminta ijtihadnya pada usia kira-kira 13 tahun, sebelum akhirnya ia menjadi mujtahid dan salah satu imam madzhab terkemuka. Hasan Al Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Ziad telah memimpin pasukan besar pada usia 18 tahun dan lainya. Selain itu kurang 500 tahun yakni dari 622-1250 M, banyak sekali kemajuan yan telah dirintis oleh Islam. Kemajuan ini meliputi berbagai aspek, antara lain :
Lembaga dan kegiatan ilmu pengetahuan.
Gerakan keilmuan.
Kemajuan dalam bidang keagamaan.
Perkembangan politik, ekonomi dan administrasi.
Akan tetapi pada saat ini semua kemajuan yang telah dicapai tersebut telah mulai terkikis dan hilang oleh masa, kerena sikap malas dan ketidak pedulian umat.
Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan, yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri. Dr. Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya pemuda Islam sangat menentukan di dalam masyarakat. Beberapa ulama menggolongkan peranan pemuda Islam seperti di bawah ini :
Pemuda sebagai Generasi Penerus
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. (QS. Ath-Thur : 21)
Pemuda sebagai Generasi Pengganti
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya (QS. Al-Maidah : 54)
Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer)
Ingatlah ketika ia (Ibrahim-pen) berkata kepada bapaknya : “wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun” (QS. Maryam : 42).
Dari pernyataan tersebut, dapat kita simpulkan peran pemuda Islam sangat di harapkan dalam kehidupan ini. Hal ini juga berkaitan dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban, karena Pemuda Islam menjadi akan generasi penerus, pengganti dan pembaharuan dalam  perkembangan Islam.
Selain itu dalam perbedaan jarak dan waktu bukan alasan bagi kita untuk menjadi generasi yang lemah, penakut dan tidak peduli terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.  Pemuda yang berjuang dan menegakan kebenaran di jalan Allah untuk kepentingan Agama Islam dan Umat akan menjadi sebuah jihad serta mendapatkan pahala di mata Alla SWT. Adapun sifat-sifat yang menyebabkan para pemuda tersebut dicintai Allah SWT dan mendapatkan derajat yang tinggi sehingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan dibaca oleh jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut :
Karena pemuda selalu menyeru pada al-haq (QS al A’raf :181)
Pemuda mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS Al Ma idah:54).
Pemuda saling melindungi, menegakkan shalat (QS At Taubah :71) tidak sebagaimana para pemuda yang menjadi musuh Allah SWT (QS At Taubah :67)
Pemuda adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS Ar Ra’d :20).
Pemuda tidak ragu-ragu dalam berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS Al Hujarat :15)
Perana pemuda dan Umat Islam Allah SWT  mencintai dan memberikan derajat yang tinggi kepada Pemuda. pemuda yang baik oleh karenanya adalah pemuda Islam yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Mereka beramal/bekerja dengan didasari dengan keimanan/aqidah yang benar.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri”(QS. Fushshilat : 33).
Mereka selalu bekerja membangun masyarakat.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al Kahfi : 7).
Dan mereka memahami bahwa orang yang baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk umat dan masyarakatnya.
“Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”(QS At Taubah : 105).
Perkembangan zaman pada saat ini para pemuda hendaknya menyadari bahwa mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu menjadi teladan dan mempresentasikan nilai-nilai Islam secara utuh bagi masyarakat dalam mempertahankan perkembangan kebudayaan dan peradaban, yaitu:
Pemuda menjadi generasi yang hidup qalbunya karena senantiasa dekat dengan al-Qur’an, dan tenang dengan dzikrullah (QS Ar Ra’d :28) [1], bukan generasi yang berhati batu (QS Al Hadiid :16) [2] akibat jauh dari nilai-nilai Islam, ataupun generasi mayat (QS Al An’am :122) [3] yang tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana.
Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, maka para pemuda harus sabar dan terus berjuang menegakkan Islam, hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada Allah SWT benar, semua masalah akan terasa gampang.
Dalam perjuangan, jika yang menjadi ukurannya adalah keridhoan manusia maka akan terasa berat, tetapi jika ukurannya keridhoan Allah SWT maka apalah artinya dunia ini (QS Al Nahl :96) [4].
Pernyataan di atas dan yang didukung wahyu Allah di dalam Al Qur’an. Adalah cara pemuda Islam untuk mempertahankan kebudayaan dan peradaban Islam. Dalam pergerakan dan dakwahnya, peran pemuda sebagai agen yang menyiarkan, mempertahankan dan menegakan syariat Islam, pemuda memberikan contoh dengan tindakan dan sikap dalam kehidupan keseharian bagi seluruh Umat Islam untu dapat melaksanakan misi agama Islam demi perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam ke depannya sebagai wujud untuk membangkitkan kejayaan Islam.
Perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam pada zaman khalifah berkembang semakin pesat setelah sepeninggalan Nabi Muhammad SAW. Namun dengan seiringnya waktu semua kejayaan Islam perlahan telah memudar dan luntur akibat dari serangan kaum musyrik yang menyerang melalui perang pemikiran, yang telah merusak akidah dan keyakinan Umat Islam dengan paham sekularisme, liberalisme san pluralisame. Kebudayaan dan peradaban Islam harus dipertahankan, disebarkan dan tegakan kembali. Maka peran pemuda Islamlah yang akan menjadi pilar kebangkitan Islam. Pemuda Islam yang akan menjadi motor atau pengerak dari perkembangan Islam. Pemuda Islam seharus menjalankan dan mengamalkan semua perintah dan segala larangan Allh, pemuda Islam akan menjadi genarasi yang akan menjadi teladan dari segal tindakan dan perbuatannya, yang menyeruhkan dan saling mengingatkan demi keselamatan Umat di dunia dan di akhirat.
Peradaban dan panji-panji Islam akan bangkit tergantung kepada revolusi intelektual yang memerlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan kepentingan dunia dan akhirat Kemudian menyusun strategi dan sasaran yang tepat. Untuk mengaktualisasikan kebangkitan Islam, pemuda Muslim harus menyusun skala prioritas yang merujuk kepad a al-Qur’an dan Sunnah Shahihah. Ijtihad danjihad adalah dua point yang tepat dalam kontek ini.
Peran lain yang harus dilakukan oleh pemuda Muslim adalah untuk memberikan warna (Shibghah) Islam dalam kehidupannya sehari-hari. Pemuda Muslim harus mempunyai wawasan yang tinggi dan baik-baik tentang keislaman maupun ilmu penunjang lainnya. Pemuda Muslim harus merancang suatu landasan yang berwawasan ke depan yang akan memberikan tempat berpijak demi kemajuan dan peradaban Islam masa sekarang dan mendatang. Tak ada disiplin ilmu pengetahuan yang paling baik dan sempurna kecuali Islam itu sendiri.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya dari peran dan tugas tersebut adalah mengetahui akar penyebab kemunduran ummat Islam. Dalam hal ini masih menurut Dr. Muhammad Manzoor Alam, bahwa kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan akar penyebab timbulnya permasalahan tersebut. Jadi, dengan kata lain, penguasaan ilmu pengetahuan dan islamisasi ilmu pengetahuan merupakan prasyarat untuk melanjutkan rekonstruksi Peradaban Islam itu. Di samping kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan, ada satu hal yang sangat fundamental tentang penyebab kemunduran Peradaban Islam ini; yaitu mereka (kaum Muslimin) telah meninggalkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam bahasa sederhananya kaum Muslimin tidak lagi menjadikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, tugas pemuda dalam membangkitkan kembali peradaban Islam bukanlah tugas yang mudah. Mereka harus siap untuk tempur dalam menjawab tantangan-tantangan yang ada. Tantangan-tantangan itu beragam seperti tantangan ideologi, tantangan modernitas, tantangan invasi kebudayaan dan masih banyak tantangan lainnya.
Semua tantangan-tantangan itu takkan pernah terjawab oleh pemuda Muslim kecuali mereka yang mempunyai sifat-sifat berikut:
Pemuda Yang Rabbani
Pemuda Rabbani adalah pemuda yang menghabiskan masa mudanya hanya untuk mengabdi kepada Allah swt. Ia curahkan segala kekuatan dan potensi yang ia miliki untuk membela al-Islam ini. Ia dinamis, optimis, penuh semangat, kreatif dalam mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan Islam. Said bin Jabir berkata: Rabbani adalah ahli hikmah dan taqwa. Allah swt. berfirman:
Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah “. Akan tetapi Ia berkata: Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu selalu mempelajarinya. (QS. Ali Imran: 79).
Pemuda Yang Bisa Menempatkan Diri Antara Kepentingan Dunia dan Akhirat
firman Allah: Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (‘kebahagiaan,) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dan (kenikmatan) duniawi (al-Qashash: 77)
Ada pemuda Muslim yang menghabiskan waktunya hanya di masjid. Sementara aktivitasnya di luar ia tinggalkan. Sikap semacam ini jelas tidak dibenarkan Islam. Nabi sendiri tidak membenarkan sahabat melakukan hal yang demikian ketika beliau ketahui ada di antara sahabatnya yang bersikap semacam itu.
Ada pula pemuda Muslim yang terbuai dan terpesona gemerlapnya dunia sehingga ia lupa akan kehidupannya di akhirat kelak. Ia lupa tugas dan peranannya sebagai pemuda Muslim. Larut dalam mabuk-mabukan, perzinaan, tindak kriminal serta tindak amoral lainnya. Hal ini jelas akan menjadi penghambat laju kebangkitan ummat Islam. Sikap semacam inipun tidak dibenarkan Islam.
Lalu bagaimana seharusnya sikap pemuda Muslim? Pemuda Muslim harus berada di antara dua sikap di atas. Yaitu seimbang antara aktivitasnya untuk dunia dan akhirat Sebab dua hal tersebut tak dapat dipisahkan. Dengan demikian pemuda Muslim tahu apa yang mesti ia lakukan.
Pemuda Yang Ber’izzah Tinggi
Salah satu dalih yang biasa dikemukakan kaum muda terutama mereka yang menjadi promotor kemaksiatan adalah gengsi dan mengikuti perkembangan zaman. Tidak sedikit pemuda yang rela mengorbankan izzahnya hanya karena popularitas, gengsi dan modern. Pemuda Muslim sejati adalah pemuda yang jauh dari gambaran di atas dan selalu bangga dengan keislamannya. Mereka tidak pernah malu pergi ke masjid hanya karena takut dikatakan kolot. Mereka selalu setia dan menjaga “libasuttaqwa-nya” (pakaian taqwa). Karena mereka yakin dengan firman Allah: “Janganlah kamu takut dan gentar, karena sesungguhnya kamu itu tinggi (izzahnya) jika kamu beriman”.
Pemuda Yang Pemberani Dan Berkepribadian kokoh
Pemuda Muslim adalah pemuda yang mempunyai keberanian dalam mengatakan al-Haq dan menumpas kebathilan. Sanggup berkata lantang di depan penguasa yang zhalim. Kepribadiannya kokoh dan tegar tak mudah diombang-ambingkan zaman. Selalu siap untuk mengorbankan ilmunya, hartanya, tenaganya bahkan jiwanya untuk kepentingan Islam.
Sedikitnya dengan empat sifat itulah yang harus dimiliki oleh setiap pemuda Muslim dalam rangka membangkitkan kembali serta mengaktualisasikan Peradaban Islam.

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Kewajiban bagi ummat Islam khususnya generasi mudanya untuk terus memperjuangkan al-Islam ini kapan dan dimana saja berada. Sekali lagi penulis katakan, bahwa kebangkitan Peradaban Islam kembali tergantung ummat Islam itu sendiri. Sebab kita’ Semua meyakini bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum (mesti Dia sangat kuasa untuk itu) sehingga kaum itu mengubah dirinya sendiri.
Akhirnya, sejauh mana pemuda Muslim memainkan peranannya di tengah-tengah kehausan spritual di sisi lain dan kesadaran berislam di lain pihak. Sampai akhirnya Islam benar-benar tegak di bumi Allah ini. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejenuhan dalam masyarakat sehingga kita menyadari bahwa masa depan Islam terletak diatas pundak para pemudanya. Pemuda Islamlah yang akan memegang kendali bahtera Islam selanjutnya dan pemuda Islamlah yang akan melanjutkan peran generasi sebelumnya dalam menegakan, mempertahankan dan menyebarkan kebudayaan dan perdaban Islam yang semakin luntur dan mulai terpengaruh kebudayaan Barat. Kemana pemuda Islam bergerak (berdakwah), maka  kesanalah bahtera kebudayaan dan perdaban Islam itu melaju dan berkembang. Dari pernyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa kebangkitan Islam di masa mendatang dimenifestasikan oleh pemuda Islam, dengan syarat pemuda Islam mempunyai kesadaran dan kecintaan penuh pada dirinya dan agamanya.
Jika prasyarat ini gagal ditanamkan pada jiwa pemuda, niscaya tragedi kebangkitan Islam tidak akan pernah berkumandang di dunia ini, akibatnya sekularisme, pluralisme dan leberalisme yang merupakan paham dan pemikiran kaum musyrik (kaum Barat) akan terus berkembang lagi di negeri-negeri Islam. Pemuda Islam sangat diharapkan dalam menegakan dan mempertahankan syariat Islam dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam sehingga dapat membangkitkan kejayaan Islam di muka.
SARAN
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Aamiin …

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates