MIDDLE TEST
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing:
AHMAD SAIHU, S.Ag, M.Pd.I
OLEH :
LOKAL D
ERNI APRILIANI (2012121627)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
2014/2015
Rumusan Masalah
Adakah persamaan dan perbedaan antara ilmu jiwa dan ilmu tentang roh?
Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan Islam?
Sebutkan ruang lingkup Psikologi pendidikan Islam?
Sebutkan beberapa metode Psikologi pendidikan Islam?
Apa manfaat mempelajari Psikologi pendidikan Islam?
Pembahasan
Persamaan Dan Perbedaan antara Ilmu Jiwa Dan Ilmu Tentang Roh
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ ilmu tentang jiwa”. Dalam istilah Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafsnamun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh. Psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Istilah Ilm al-nafs banyak dipakai dalam literatur Psikologi Islam . Penggunaan istilah ini disebabkan obyek kajian psikologi Islam adalah al-nafs, yaitu aspek psikopisik pada diri manusia. Term al-nafs tidak tidak dapat disamakan dengan term soul atau psyche dalam psikologi kontemporer Barat, sebab al-nafs merupakan gabungan antara substansi jasmani dan substansi ruhani, sedangkan soul atau psyche hanya berkaitan dengan aspek psikis manusia. Menurut kelompok ini, penggunaan term al-nafs dalam tataran ilmiah tidak bertentangan dengan doktrin ajaran Islam, sebab tidak ada satupun nash yang melarang untuk membahasnya. Tentunya hal itu berbeda dengan penggunaan istilah al-ruh yang secara jelas dilarang mempertanyakannya ( perhatikan QS. Al-Isra ayat 85 ).
Penggunaan istilah ‘ilm al-ruh ditemukan dalam karya “Psikolog” Zuardin Azzaino. Istilah itu kemudian dijadikan dasar untuk membangun “Psikologi Ilahiah”, yaitu psikologi yang dibangun dari kerangka konseptual al-ruh yang berasal dari Tuhan. Boleh jadi Azzaino tidak mengikuti perkembangan literatur Psikologi Islam, sebab literatur yang digunakan dalam bukunya tidak atupun yang bersumber dari ‘ilm al-nafs fi al-Islam(Psikologi Islam). Tetapi yang menarik dari tawaran Azzaino tersebut adalah bahwa ruh yang menjadi obyek kajian psikologi Islam memiliki ciri unik, yang tidak akan ditemukan dalam Psikologi Kontemporer Barat. Obyek kajian Psikologi Islam adalah ruh yang memiliki dimensi ilahiah (teosentris), sedangkan obyek kajian Psikologi Kontemporer Barat berdimensi insaniah (antroposentris). Karena perbedaan yang mendasar inilah maka Azzaino terpaksa menggunakan term khusus untuk menentukan ciri unik Psikologi Islam.
Definisi Psikologi Pendidikan Islam
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata-kata Yunani: psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Sehingga dengan demikian psikologi adalah sebuah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang melalui studi organisme dalam segala variasi dan kompleksitasnya untuk bereaksi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Sedangkan pengertian pendidikan yaitu berasal dari kata “ didik “mendapat awalan me- sehingga menjadi “ mendidik “, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan tahun 1991 hal 232 memberikan penekanan bahwa memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran, dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.
Sedangkan dalam Islam ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam yaitu al-tarbiyat, al-ta’lim dan al-ta’dib. Jalaluddin menyunting pendapat dari Ahmad Tafsir tahun 1995 hal 109, Al-tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamnya sudah masuk makana mengajar atau allama. Selanjutnya beliau juga penyunting pendapat dari Ummi tahun 1993 hal 40, bahwa pengertian dari tarbiyat didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia( jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan.
Selanjutnya, Jalaluddin kembali menyunting pendapat dari Syed Naguib Al-Attas tahun 1979 hal 110 , Syed Naguib Al-Attas merujuk makna pendidikan dari konsep ta’dib, yang mengacu kepada kata adab dan variatifnya. Berangkat dari pemikiran tersebut ia merumuskan definisi mendidik ialah membentuk manusia dalam menmpatkan posisinya yang sesuai dengan susunan masyarakat, bertingkah laku secara proporsional dan cocok dengan ilmu serta teknologi yang dikuasainya . Menurut Naguib Al-Attas selanjutnya, bahwa pendidikan Islam lebih tepat berorientasi pada ta’dib. Sedangkan tarbiyat dalam pandangannya mencakup obyek yang luas, bukan saja terbatas pada pendidikan manusia tetapi juga meliputi dunia hewan. Sedangkan ta’dib hanya mencakup pengertian pendidikan untuk manusia.
Secara garis besarnya pendidikan itu menyangkut tiga faktor utama, yaitu :
Hakikat penciptaan manusia, yaitu agar manusia menjadi pengabdi Allah yang taat dan setia.
Peran dan tanggung jawab manusia sejalan dengan statusnya selaku abd allah, al-basyr, al-insan, al-nas, bani adam maupun khalifah Allah.
Tugas utama Rasul yaitu membentuk akhlak yang mulia serta memberi rahmat bagi seluruh alam (rahmat li al-alamin)
Ketiga faktor ini merupakan dasar berpijak bagi perumusan pendidikan Islam secara umum. Dengan demikian pendidikan Islam dapat diartikan sebagai usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan berpedoman kepada syari’at Islam yang disampaikan oleh Rasul Allah agar supaya manusia dapat berperan sebagai pengabdi allah yang setia dengan segala aktivitasnya guna tercipta suatu kondisi kehidupan islami yang ideal selamat, aman, sejahtera, dan berkualitas, serta memperoleh jaminan (kesejahteraan) hidup di dunia dan jaminan bagi kehidupan yang baik di akhirat.
Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti disekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya. Bahkan menurut definisi diatas pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self-instruction).
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan Islam
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam:
Pokok bahasan mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya
Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabarata (1984), menetapkan 16 topik bahasan dalam psikologi pendidikan Islam :
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan Islam.
Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir.
Lingkungan yang bersifat fisik.
Perkembangan siswa.
Proses-proses tingkah laku.
Hakikat dan ruang lingkup belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Hukum-hukum dan teori belajar.
Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi.
Transfer belajar, meliputi mata pelajaran.
Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran.
Ilmu statistik dasar.
Kesehatan rohani.
Pendidikan membentuk karakter.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar.
Khusus mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi pendidikan seperti Barlow (1985)dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan sebagai berikut :
Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan penciptaan iklim kelas
Metodologi kelas ( metode pengajaran )
Motivasi peserta didik
Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa
Penanganan siswa berperilaku menyimpang
Pengukuran kinerja akademik
Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan
Dalam hal penanganan manajemen (proses penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan) yakni manajemen ruang belajar atau kelas, tugas utama guru adalah : Pertama, melakukan kontrol terhadap seluruh keadaan dan aktivitas kelas. Kedua, menciptakan iklim ruang belajar (classroom climate) sedemikian rupa agar proses mengajar-belajar dapat berjalan wajar dan lancar. Pengendalian atau kontrol yang dilakukan guru, menurut tinjauan dalam hal ini berarti segala sikap, penampilan, dan perbuatan siswa yang wajar dalam mengikuti proses mengajar-belajar. Adapun adalah penciptaan iklim kelas, guru sangat diharapkan mampu menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung atmosfer (suasana) iklim yang memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah.
Metode Psikologi pendidikan Islam
Para peneliti bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan kini semakin sadar betapa dalam dan rumitnya proses berpikir siswa ketika ia belajar, sehingga gejala perilaku hewan percobaan tak layak lagi digunakan sebagai bahan kiasan (analogi) yang memadai. Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola riset dan penggunaan metode untuk menghimpun data psikologis di bidang kependidikan.
Data sebenarnya dapat diangkat dari sumbernya dengan metode apa saja asal cocok dengan jenis, sifat, dan sumber atau asal-usul data tersebut. Namun, kebanyakan ahli psikologi pendidikan membatasi penggunaan metode sesuai dengan wilayah riset (aspek psikologi) dan sifat pertanyaan penelitian yang benar-benar relevan dengan kebutuhan kajian atau kebutuhan kependidikan.
Dalam psikologi pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti : a) eksprimen, b) kuesioner, c) studi kasus, d) penyelidikan klinis; dan e) observasi naturalistik.
Metode Eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) didalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula dipakai untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terhadap stimulus tertentu. Alat utama yang paling sering dipakai dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di universitas-universitas terkemuka adalah komputer dengan berbagai programnya seperti program cognitive psychologi test.
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian psikologi pendidikan dengan tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-simpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan metode lain. Contoh: apabila sebuah simpulan yang ditarik dari sebuah penelitian dengan metode observasi misalnya, menimbulkan keraguan atau masalah baru , maka dilakukan percobaan atau eksperimen.
Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikolog pendidikan dianggap sebagai metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset. Alasannya, data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih sainstifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui penggunaan-penggunaan metode lainnya.
Anggapan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, sebab sering terjadi perilaku subjek yang terekam dalam eksperimen ternyata berlawanan dengan perilaku subjek tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, subjek tadi mungkin telah berpura-pura ketika diteliti karena ingin membantu atau mengacaukan rancangan operasional penelitian eksperimenter.
Untuk mengantisipasi hal yang bakal terjadi yang tidak sesuai dengan harapan peneliti, rancangan eksperimen (experimental design) biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga seluruh unsur penelitian termasuk penggunaan penelitian laboratorium/tempat dan subjek yang akan diteliti betul-betul memenuhi syarat eksperimental.
Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti dibagi ke dalam dua kelompok, yakni :
Kelompok percobaan (experimental group)
Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan dihimpun
Kelompok pembanding (control group)
Kelompok pembanding juga terdiri atas objek yang jumlah karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan, tetapi tingkah lakunya tidak diteliti dalam arti tidak diberi perlakukan (treatment) seperti yang diberikan kepada kelompok percobaan. Setelah eksperimen usai, data dari kelompok percobaan tadi dibandingkan dengan dari kelompok pembanding, lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.
Metode kuesioner
Metode kuesioner (questionaire) lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos.
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi pendidikan relatif lebih menonjol apabila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya. Gejala dominasi (penguasaan/kemenonjolan) penggunaan metode ini muncul karena lebih banyak sampel yang bisa dijangkau disamping unit cost (biaya satuan) peresponden lebih murah.
Metode Studi Khusus
Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.
Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus-menerus diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti psikologi pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun bahan-bahan berupa data dan informasi yang akurat, yang tepat dan cermat, mengenai seorang individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik keturunan) yang dihubungan dengan aktivitas pendidikan. Dalam hal ini, studi biasanya dimulai sejak seorang anak berusia muda ( balita umpamanya) hingga berusia tertentu (remaja misalnya) untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek perkembangan yang perlu diperhatikan demi kepentingan praktik kependidikan untuk anak tersebut.
Metode Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau sebut saja metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakukan pemulihan (psychologi treatment ) terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Kemudian data dari hasil peneyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas), peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang terhimpun sebelumnya.
Sebelumnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku (maladaptive behavior/misbehavior). Oleh karenanya, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut selalu memperhatikan batas-batas kesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh.
Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang di teliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
Dalam hal penggunaannya bagi kepentingan penelitian psikolog pendidikan, seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau mengajar-belajar dalam kelas regular, yakni kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses mengajar-belajar berlangsung, jenis perilaku siswa yang diteliti (misalnya, kecepatan membaca) dicatat dalam lembar format observasi yang khusus dirancang sesuai data dan informasi yang akan dihimpun.
Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan Islam
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir kedunia, telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan, manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya, kendatipun dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia saling bergaul, telah ada usaha-usaha dari orang-orang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan orang-orang bersangkutan itu. Dari uraian ini jelaslah kiranya, bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang dan waktu-waktu yang akan datang
Adalah keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai keadaan si anak didik. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan psikologis mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologis pendidikan. Mengingat setiap orang pada sesuatu saat tentu melakukan perbuatan mendidik, maka pada hakikatnya psikologi pendidikan ini dibutuhkan oleh setiap orang. Kenyataannya bahwa pada dewasa ini hanya para pendidik profesional saja yang mempelajari psikologi pendidikan tidaklah dapat dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.
Menurut Lindgren sebagaiman dikutip Surya (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai pendidikan dan prosesnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Mujib dan Mudzakir, Yusuf. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.
Sarlito, Sarwono, W. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Diana, Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Muhibbin, Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
0 komentar:
Posting Komentar